Teman saya bercerita ia sedih melihat
sebuah berita di sebuah TV swasta. Prihalnya kampung kelahiran dimana ia
dibesarkan dan tinggali sampai sekaarang disebut sebagai kampung begal. Padahal
menurut teman saya penduduknya secara umum adalah kaum agamis (baca santri).
Ukuranya bisa dilihat, masyarakatnya sehari-hari mengenakan sarung (lelaki) dan
berbusana muslimah (bagi wanitanya). Karena sebagian besar mereka adalah alumni
pesantren. Bahkan dulu di kampung itu juga didirikan beberapa pesantren.Tapi
akhir-akhir ini, katanya memang banyak warganya yang berprofesi sebagai maling
motor dan mobil.
Dalam sebuah operasi gabungan, polda
Jabar menyisir kampung itu dengan mencari beberapa orang yang menjadi target
operasi. Aparat pun menyisir setiap motor bodong yang ada di kampung itu. Yaitu
motor yang tidak memiliki surat-surat kendaraan. Motor-motor itu diduga kuat
sebagai motor-motor curian. Demikian teman saya
menceritakan.
Akhir-akhir ini memang masyarakat kita
lagi diributkan tentang begal yang berkeliaran di mana-mana. Isu begal ini
menjadi isu nasional saat ini. Beberapa kasus, begal dibakar ramai-ramai oleh
massa. Ada dugaan isu ini sengaja dihembuskan untuk mengalihkan isu-isu besar
politik di tanah air seperti perseteruan KPK-Polri, kriminalisasi pimpinan KPK
yang sebenarnya belum berakhir. Entahlah, nyatanya perampokan, pencabretan,
pencurian motor dan mobil sejak lama menghantui kita semua.
Seorang teman di media sosial
mengatakan ngapain ngeributin begal motor. Tuh begal sejatinya sedang duel
dengan pak Ahok di DKI. Rupanya ia sedang menyindir anggota DPRD DKI yang
mengusulkan hak angket ke gubernur. Sebaliknya gubernur melaporkan mereka ke
KPK soal penyimpangan dana dalam penyusunan rencana anggaran daerah. Konon
angka yang dipersoalkan berkisar 12 triliyun. Luar biasa bukan angka kecil.
Jauh lebih besar, berlipat-lipat dari nilai kerugian kejahatan begal.
Musisi Iwan Fals beberapa waktu lalu
memprihatinkan penegakan hukum di tanah air. Terakhir dia menyindir, kenapa
begal bisa dibakar hidup-hidup di negeri ini semantara para koruptor disambut
dengan karpet merah. Mereka (para tersangka) bahkan bisa mengajukan
praperadilan untuk membatalkan status tersangkanya sementara begal-begal tak
dapat berbuat apa-apa saat massa secara membabi buta mengambil nyawanya.
Dalam kamus Indonesia, begal itu
diartikan sebagai perbuatan merampas milik orang lain di jalan. Padanan katanya
adalah penyamun. Hanya penyamun biasa digunakan untuk perampokan yang terjadi
di laut. Beda dengan pencuri, begal memaksa korbanya untuk menyerahkan harta
benda yang diinginkan.
Begal, Penyebabnya?
Keberadaan begal tentu tidak tanpa
sebab. Tak arif bila kita hanya bisa menyalahkan dan meresahkan perbuatan
mereka. Nah, kira-kira apa latar belakangnya? Apa yang mendorong seseorang
melakukan perbuatan sadis seperti membegal?
Kriminolog biasa menyebut sumber
kejahatan seperti pembegalan atau sejenisnya adalah kemiskinan. Kemiskinan
mendorong seseorang melakukan perbuatan menyimpang di tengah masyarakat.
Mengenai kemiskinan saya teringat sanda Rasulullah SAW, hampir saja kemiskinan itu menjerumuskan kepada kekafiran.
Sedemikian jauh Rasulullah SAW menganalisa dampak dari kemiskinan. Apalagi bila
kemiskinan itu dibarengi dengan kesenjangan sosial yang sangat tinggi dalam
masyarakat.
Kemisikinan merupakan masalah yang
sampai hari ini belum terselesaikan oleh kita semua. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik, angka kemiskinan di
Indonesi (per-September 2014) adalah 10,96 %. Angka yang masih cukup tinggi.
Ini menjadi PR pemerintah secara khusus dan kita semua tentunya. Kemiskinan
sendiri disebabkan oleh banyak faktor. Para ahli menyebutkan banya sekalli.
Berikut diantaranya.
1.Tingkat
pendidikan yang rendah
Pendidikan menentukan sumber daya
manusia. Pendidikan yang memadai mengantarkan seseorang memiliki ketrampilan,
wawasan cukup, penguasaan teknologi yang semuanya dapat membantu dalam
memperbaiki taraf hidup. Di sektor pendidikan, pemerintah telah mengupayakan
banyak hal. Dari sekolah gratis, dana bos yang selalu naik, sertifikasi guru, bantuan
siswa miskin dan lainnya. Untuk itu semua pemerintah telah menganggarkan 20%
lebih.
2.Sempitnya
lapangan kerja
Jumlah penduduk yang selalu bertambah
dari tahun ke tahun telah mempersempit
lapangan kerja. Disamping pertumbuhan lapangan kerja yang tidak seimbang
dengan laju pertumbuhan penduduk.
Pemerintah didorong untuk memperbanyak lapangan kerja dengan mendatangkan
investasi sebanyak mungkin.
3.
Rendahnya Etos kerja
Etos kerja masyarakat kita terbilang
rendah dibanding bangsa-bangsa maju. Kita cenderung pemalas. Saatnya kita semua
membangun semangat, meningkatkan budaya kerja keras di lingkungan kerja kita.
4.Kesenjanga
pembangunan
Hal itu bisa dilihat dari perbedaan
taraf hidup antara pedesaan dengan perkotaan, antara satu propinsi dengan propinsi
lain, antara jawa dan luar jawa. Ini tuga berat pemerintah agar dapat membagi
kue pembangunan secara adil dan merata.
Dan mungkin masih banyak penyebab
lainnya. Dari sebab diatas melahirkan pengangguran. Pengangguran melahirkan
kemiskinan. Kemiskinan melahirkan kejahatan termasuk begal. Harapan saya, kita
tidak berhenti meributkan begal tanpa mencari solusinya ke depan. Yuk kita
ributkan (baca:bahas, kaji, aksi), mencari jalan keluarnya mengurangi kejahatan
termasuk pembegalan. Wa Allahu ‘alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar