Sebagai
tempat belajar sekolah seharusnya membutuhkan perpustakaan karena perpustakaan
menyediahkan koleksi buku. Sedang buku adalah sumber ilmu pengetahuan. Tapi
nyatanya tidak banyak sekolah yang memiliki perpustakaan. Tidak sedikit pula
sekolah yang tidak mampu mengelola perpustakaan secara baik. Bahkan di beberapa
sekolah perpustakaan nyaris tidak tersentuh oleh civitas akademika di sekolah.
Gedung yang dibangun pemerintah dibiarkan begitu saja, ada yang beralih fungsi
menjadi ruang pertemuan, ruang kelas, bahkan dapur sekolah. Buku yang dikirim
dari pemerintah masih tertumpuk di dalam dus, belum dibuka apalagi menata dan
memajangnya.
Ada
juga yang berusaha mengelolanya. Memberikan tugas pengelolaan ke beberapa guru.
Tentu guru tidak sepenuhnya bisa. Sebab beban mengajar saja sudah menyita waktu
banyak. Maka perpustakaan terkelola apa adanya. Tidak ada program, apalagi
evaluasi dalam pengelolaan. Mengalir begitu saja. Perpustakaan sebagai penopang
belajar siswa menjadi tidak terwujud, jauh dari harapan.
Ditambah
minat baca yang sangat minim, baik siswa-siswi juga gurunya. Kesadaran akan
pentingnya membaca sangat rendah. Sehingga ketertarikan pada perpustakaan yang
menyediahkan berbagai buku bacaan dan refrensi hampir tidak terlihat pada
mereka. Siswa masuk ke perpustakaan hanya saat guru tidak hadir karena alasan
tertentu seperti sakit. Demikian guru, mereka hanya mendampingi anak di
perpustakaan saat menggantikan guru yang absen. Memberi tugas, kemudian keluar
meninggalkan mereka di perpustakaan.
Dosa yang tak disadari
Tahukah anda ada dosa yang sering kita
lakukan tetapi kita tak menyadarinya bahkan kita menganggapnya tidak berdosa.
Kita semua mengetahui bahwa perintah Allah yang pertama sebelum Allah SWT
mewajibkan salat, zakat, haji dan lainnya adalah perintah membaca. Bukankah wahyu yang
pertama kali diterima oleh nabi Muhamad SAW adalah Iqra, berartikan bacalah.
Allah berfirman, “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (Al Alaq ayat 1). Kebanyakan orang beranggapan
kewajiban membaca itu akan gugur saat kita sudak melek aksara atau dapat
membaca. Padahal perintah Quran sangat jelas, bacala. Kecuali bila
perintahhnya belajar membacalah maka saat sudah bisa membaca gugurlah
kewajiban itu. Lebih tegas bila kita melakukan kesalahan karena ketidaktahuan
atau kebodohan yang ada pada diri kita maka dosa kita tidak hanya pada
perbuatan itu tapi karena kebodohan yang disebabkan tidak membacanya
kita. Membaca tidak terbatas dengan pada disiplin ilmu tertentu misalnya agama.
Tetapi semua materi bacaan berada pada posisi yang sama didepan kita. Salah
besar, bila menafsirkan kewajiban membaca pada sebatas ilmu yang berkaitan
dengan agama. Dalam Quran sendiri Allah SWT memerintahkan kita membaca
diantaranya:
1.
Ayat-ayat Al Quran. Karena di dalamnya terdapat berbagai macam ilmu
pengetahuan yang bisa digali dan dikembangkan. Allah berfirman, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan
kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (An-Nisa:82)
2.
Alam semesta yang merupakan ciptaan-Nya. Allah
SWT berfirman, “Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan
gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua
buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang memikirkan (S. Ar Road:2-3)
3.
Diri sendiri. Diri kita merupakan miniatur alam semesta. Allah SWT
memerintahkan kita mempelajarinya. Allah SWT menegaskan, “Maka hendaklah
manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan” (At-Thoriq:5)
4.
Sejarah umat manusia terdahulu merupakan sumber yang dapat dijadikan
pelajaran. Al Quran banyak memberi ruang dalam menceritakan umat masa lalu
seperti cerita bani Israil, kaum Ad, kaum Tsamud dan lain-lain. Allah SWT
mengaskan, “Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan
memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum
mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah
mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah
mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan
membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku lalim
kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku lalim kepada diri sendiri” (Ar Ruum:9)
5.
Mempelajari
kehidupan dan akhlak Rasulullah SAW yang digambarkan sebagai padanan Quran. Al
quran sendiri menyebutnya sebagai uswah hasana, teladan yang baik bagi kita.
Allah berfirman, “Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (Surat Al Ahzab ayat 33)
Perpustakaan sekolah, bagaimana seharusnya?
Perpustakaan
sekolah harus menjadi motivator minat baca siswa juga guru. Untuk tujuan itu
tentu perpustkaan sekolah harus dikelola dengan baik. Sayangnya pemerintah pun tak
menyikapi sejauh itu. Misalnya, beberapa sekolah yang memperoleh bantuan gedung
atau buku tidak dibarengi dengan pengangkatan tenaga ahli di bidang
kepustakaan. Semestinya disamping bangunan dan buku, pemerintah juga mengangkat
tenaga perpustakaan untuk di sekolah-sekolah. Sejauh ini tidak pernah kita
jumpai formasi itu dalam setiap rekuitmen CPNS. Pihak sekolah pun idealnya
mengangkat honorer untuk kepentingan itu. Sulit rasanya kalau semuanya
diserahkan ke guru. Guru sekarang memiliki tuntutan lebih setelah era
sertifikasi bergulir. Mereka dituntut lebih profesional.
Namun demikian tidak arif juga kalau
pengelola sekolah mulai dari kepala sekolah sampai guru bila tidak peduli dan tidak
berbuat sesuatu untuk mengatasi problema di atas. Di sini kreativitas kepala
sekolah dan para guru menentukan. Dari tangan-tangan kreatif mereka, dengan
segala keterbatasan yang ada, perpustakaan bisa menjadi bagian penting yang
dirasakan kehadirannya oleh siswa juga guru. Bagaimana itu bisa dilakukan.
Pertama, kepala sekolah bisa
memberi tugas tambahan kepada beberapa guru sebagai penanggungjawab pengelolaan
perpustakaan. Tugas tambahan tersebut tentu harus disertai tunjangan sesuai
kemampuan sekolah sebagai pengikat atas tanggungjawab yang ada di atas pundak
mereka. Guru tersebut harus bisa membagi waktu antara tugas utamanya sebagai
guru dan tugas tambahan sebagai pengelola perpustakaan. Jangan sampai tugas
tambahan dijadikan alasan meninggalkan tugas utama yaitu mengajar. Bisa saat
jam kosong, di luar jam KBM, atau di hari libur.
Kedua, Untuk membantu pelayanan
di perpustakaan guru bisa melibatkan siswa dengan berkordinasi dengan wali
kelas misalnya mereka dilibatkan dalam menata buku atau menjaga perpustakaan
saat jam istirahat. Susunlah jadwal sesuai kebutuhan. Langkah ini juga
mengandung pembelajaran bagi siswa yaitu
mendekatkan mereka pada buku sekaligus membekali mereka keterampilan mengelola
perpustakaan.
Ketiga, pengelolaan diawali
dengan penataan buku sesuai dengan jenisnya. Klasifikasi buku dibagi seuai
jenisnya seperti buku pelajaran terdiri berbagai mata pelajaran, buku
pengetahuan umum, sastra dan bahasa, sejarah, cerita atau cerpen, teknologi
informatika, kesehatan, agama dan lainya sesuai buku yang dimiliki. Penataan
dibarengi dengan pendataan semua buku dari judul, pengarang, penerbit, tahun
terbit dan seterunya sehingga bisa diketahui berapa koleksi buku secara
keseluran maupun sesuai jenisnya. Susunanlah buku di rak sesuai tata letak
ruangan. Hiasi ruang dengan gambar dan tulisan-tulisan yang memotivasi
pengunjung. Buatlah aturan atau tata
tertib yang harus dipatuhi oleh setiap pengunjung. Dan jangan lupa membuat
kartu anggota.
Keempat, di era informasi
perpustakaan juga dilengkapi dengan sumber bacaan non buku seperti CD,
fasilitas internet dan lainnya. Ini juga harus mendapat perhatian khusus bagi
pengelola perpustakaan sekolah. Selayaknya mereka menguasi hal-hal yang terkait
dengan itu semua.
Kelima, untuk menyemarakan
kegiatan dan sekaligus motivasi minat baca selenggarakan kegiatan semisal lomba
baca puisi, lomba menulis, lomba meresensi buku, diskusi atau seminar, dan
masih banyak lagi.
Demikian beberapa langka praktis,
semoga bisa ddikembangkan dan menjadi spirit dan kesadaran bersama akan
pentingnya keberadaan perpustakaan di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar