Indonesia
kembali berduka. Putra terbaik negeri ini telah meninggal dunia. KH Hasyim
Muzadi mangkat meninggalkan kita semua. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar
Nahdhatul Ulama (PBNU) tersebut wafat pada kamis pagi kemaren (16/3) dalam usia 72 tahun. Sebelumnya, KH Hasyim Muzadi
telah menjalani perawatan intensif di RS Lavalette, Malang, Jawa Timur. Dari
Malang, janazah almarhum diterbangkan ke
Jakarta. Di Pesantren Al Hikam 2 Depok, jenazah KH Hasyim Muzadi dikebumikan. Ribuan
orang mengantarkannya ke peristirahatan terakhir. Sebagai penghormatan negara,
pemakaman dilakukan secara militer dipimpin oleh Wakil Presiden RI, Jusuf
Kalla. JK mengaku merasa sangat kehilangan
tempat bertanya setelah wafatnya KH Hasyim Muzadi. JK mengaku memiliki banyak
kenangan dengan almarhum.
Bernama
lengkap Ahmad Hasyim Muzadi, lahir
di Tuban, Jawa
Timur 8
Agustus 1944 adalah seorang tokoh Islam Indonesia dan mantan ketua umum Nahdlatul
Ulama yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 19 Januari 2015. Dia juga merupakan pengasuh Pondok
Pesantren Al-Hikam di Malang, Jawa
Timur.
Hasyim Muzadi pernah mengenyam pendidikan di Pondok
Pesantren Modern Darussalam Gontor (1956-1962). Muzadi
menempuh jalur pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di Tuban pada tahun
1950, melanjutkan pendidikan di Pondok Modern Gontor Ponorogo, ia lalu
menuntaskan pendidikan tingginya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Malang, Jawa Timur pada tahun 1969.
Kiprah
organisasinya mulai dikenal ketika pada tahun 1992 ia terpilih menjadi Ketua
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur yang terbukti mampu
menjadi batu loncatan bagi Hasyim untuk menjadi Ketua PBNU pada tahun 1999.
Tercatat, suami dari Hj. Muthomimah ini pernah menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada tahun 1986, yang
ketika itu masih bernaung di bawah Partai Persatuan
Pembangunan. Muzadi pernah berposisi sebagai pendamping Megawati
Soekarnoputri dalam pemilihan
presiden Indonesia seawal November 2003. Ia resmi maju bersama Megawati pada 6
Mei 2004. Dalam pemilihan
umum Presiden Indonesia 2004, Megawati dan Muzadi meraih 26.2% suara di putaran pertama,
tetapi kalah dari pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla di putaran kedua.
Presiden Joko Widodo mengaku merasa kehilangan atas wafatnya KH Hasyim Muzadi.
Dalam akun Facebook-nya, Presiden
mengungkapkan perasaanya, bangsa ini telah kehilangan salah satu ulama, guru,
penjada terdepan kebhinekaan. Seorang tokoh yang hidupnya didedikasikan untuk
agama dan bangsanya. Sungguh, saya sangat kehilangan. Semoga almarhum Kyai
Hasyim Muzadi beroleh tempat nan lapang di sisi-Nya, dan keluarga yang
ditinggalkan tetap tegar dan tabah..
KH Hasyim Muzadi tak
hanya dikenal sebagai ulama kharismatik, beliau merupakan tokoh bangsa yang
sangat berpengaruh. KH Hasyim Muzadi adalah seorang negarawan sejati. Menurut
Prof. Mahfud MD, mantan
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) seperti ditulis kompas.com memberikan kesaksian bahwa KH
Hasyim Muzadi bukan sekadar tokoh NU, melainkan juga tokoh bangsa. Sebab bagi
Mahfud, Kiai Hasyim merupakan sosok yang bisa memberi teladan hidup sebagai orang
Islam dan Indonesia secara bersamaan.
Mengenangnya
Sebagai umat Islam sekaligus bangsa Indonesia, saya juga
anda pasti sulit melupakan jasa-jasa KH Hasyim Muzadi. Pikiran dan gagasannya
sangat cemerlang. Beliau seorang tokoh bangsa yang memiliki visi melesat jauh
ke depan. Menurut hemat saya, berikut beberapa gagasan besar dan warisan
pemikiran dari beliau yang sepantasnya
diingat, dijaga dan diamalkan. Pertama, Islam
rahmatan lil alamin. Islam bagi beliau tak hanya untuk internal umat. Islam
merahmati semua manusia. Tak mengenal ras, suku, bangsa bahkan agama. Di
Indonesia, bagi beliau Islam Nusantara adalah pilihan tepat dalam memaknai
kehidupan dalam berbangsa dan beragama. KH Hasyim Muzadi mendorong semangat
pluralisme. Beliau merangkul semua elemen bangsa dari berbagai latar belakang.
Bagi Hasyim, umat Islam Indonesia wajib mengembangkan dan
mengamalkan tak hanya ukhuwwah Islamiyah (persatuan karena ikatan Islam). Lebih
jauh, ukhuwah wathoniyah dan ukuwah basyariyah juga sebaiknya dilakukukan dan
dijadikan pegangan. Ukhuwah wathoniyah adalah persatuan dan persaudaraan sesama
anak bangsa. Kerukunan antara umat beragama, antara ras dan suku kudu selalu dijaga.
Kita dibiasakan saling menghargai , menghormati segala perbedaan yang ada. Saling membantu, tolong menolong dan saling
melengkapi. Perbedaan pandang dalam berbangsa dan bernegara dijadikan sebagai
modal, potensi dan kekayaan yang harus dimanfaatkan. Kemudian ukhuwah
basyariyah yakni persaudaraan sesama manusia. Prinsip ini yang mendasari beliau
dalam memandang dunia global. Kita berkewajiban menjaga perdamaian dunia.
Kekerasan, perang, permusuhan antar bangsa atau negara selayaknya dhindari
secara bersama.
Kedua, Islam dan
nasionalisme. Islam, bagi Hasyim tak boleh dipertentangkan dengan negara. Islam
sejatinya dapat berdampingan secara harmonis dengan negara. Islam menopang
negara. Sebaliknya, negara melindungi dan menjaga kehormatan Islam. Pancasila
dinilai sebagai intisari Islam. Dalam Pancasila ada ketuhanan, keadilan,
kemanusia, persatuan, dan demokrasi. Semua diajarkan oleh Islam. Maka Pancasila
itu sangat Islami. Tak sepantasnya ditolak dengan mengatasnamakan Islam.
Pancasila sudah menjadi keputusan final bangsa ini. Umat Islam berkewajiban
menjaganya.
Ketiga, mengembangkan
humanisme. Humanisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa manusia dapat memahami dunia
serta keseluruhan realita dengan menggunakan pengalaman dan nilai-nilai
kemanusiaan bersama. Kita bisa hidup baik tanpa agama sekalipun. Dalam
menghadapi dan menyelesaikan persoalan keagamaan maupun kebangsaan, Hasyim
Muzadi senantiasi melakukannya dengan menggunakan pendekatan yang sangat
humanis. Bahkan beliau dikenal sangat humoris. Leluconnya mencairkan
permasalahan. Mendinginkan suasana. Contohnya,
saat beliau menanggapi cerita Dimas
Kanjeng yang mampu menggandakan uang. Kiai Hasyim lantas menanyakan, kalau
Dimas Kanjeng bisa menggandakan uang kenapa malah mengumpulkan uang dari orang
lain untuk digandakan. Begitulah, KH Hasyim Muzadi. Sangat cair dalam memandang
setiap persoalan.
Singkat kata, KH Hasyim Muzadi telah tiada. Pemikiran dan
gagasanya yang cemerlang menjadi warisan berharga bagi umat Islam dan bangs
Indonsia. Saya berkeyakinan beliau telah melahirkan penerus, Hasyim-Hasyim muda
yang akan menggantikannya. Pengabdian beliau membina umat dan bangsa telah
paripurna. Selamat jalan KH Hasyim. Semoga amal ibadahmu diterima di sisi-Nya.
Amin. Wa Allahu Alam
Tulisan ini dimuat di Harian Umum Radar Cirebon, Senin 20 Maret 2017
Tulisan ini dimuat di Harian Umum Radar Cirebon, Senin 20 Maret 2017