Dua minggu belakangan, pemberitaan
media dipenuhi dengan hiruk-pikuk membicarakan rencana kedatangan raja Arab
Saudi, Salman bin Abdul Aziz al Saud. Pada 1 Maret lalu, raja kelahiran 31
Desember 1935 itu mendarat di Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Ada beberapa hal
yang membuat kedatangan raja penjaga dua kota suci (Mekkah-Madintah) tersebut
menjadi heboh. Raja Arab Saudi, Salman
bin Abdulaziz Al Saud akan berada di Indonesia selama sembilan hari,
mulai 1 hingga 9 Maret 2017. Ini adalah kunjungan kepala negara Arab paling
bersejarah bagi Indonesia karena kunjungan
sebelumnya oleh Raja Faisal terjadi 46 tahun silam.
Kemudian raja Salman akan membawa rombongan sangat
spektakuler dalam sejarah kunjungan kenegaraan pemimpin dunia di Indonesia.
Raja membawa rombongan super besar, berkisar 1500 orang. Membawa 25 pangeran dan 10 menteri. Mereka
diangkut dengan tujuh pesawat berkarakter wide body itu terdiri dari dua unit
Boeing 777/2, 1 unit Boeing 747/1xp, 1 unit Boeing 7474/3, 1 unit Boeing 747/4,
1 unit Boeing 757, dan 1 unit pesawat Hercules.
Dalam rencana kunjungan, raja Salman akan berlibur di Bali.
Dipilihnya Bali tentu menyedot perhatian publik. Seorang raja penguasa Haromain akan ke Bali, tujuan wisata yang di tanah air sering
dikesankan negatif oleh sejumlah umat Islam berpandangan cekak, kaum radikal.
Selama lima hari rombongan akan menikmati segala keindahan di Bali, yakni
tanggal 4 hingga 9 Maret. Sebelumnya (1-3 Maret) rombongan di Jakarta dijadwalkan
akan melakukan berbagai pertemuan bilateral antara kedua negara.
Kehebohan di atas menghadirkan berbagai
isu tak berdasar. Beredar kabar, kedatangan Raja Salman terkait Pilkada DKI.
Sang raja konon akan menemui Habib Riziq. Terkait isu ini, Kedutaan Besar Arab
Saudi di Jakarta sempat mengeluarkan bantahan tertulis. Bahwa kedatangan raja
Salman merupakan kunjungan balasan atas undangan Presiden Jokowi. Adalagi,
angka fantastik 300 milyar dolar AS, jumlah keseluruhan investasi yang akan digelontorkan.
Nyatanya, seperti ditegaskan Menteri Sekteraris Kabinet, Pramono Anung Arab
Saudi akan berinvestasi hanya 25 Milyar dolar AS.
Menurut
pengamat hubungan internasional Alex Jemadu, lawatan kenegaraan raja Salman
kali ini menjadi momen penting baik bagi Arab maupun Indonesia. Di sektor
perekonomian, Arab Saudi menilai pertemuan tersebut menjadi momen untuk
memperluas kerja sama dengan Indonesia. Dengan kondisi harga minyak yang belum
pasti dan menurun saat seperti sekarang, membuat Arab Saudi perlu melakukan
diversifikasi ekonomi. Dan Salah
satu negara dengan potensi pasar yang besar dan secara kultural keagamaan sama
dengan Arab yaitu Indonesia. Pertumbuhannya juga ketiga tertinggi di dunia.
Maka dari segi ekonomi, Indonesia
dilihat penting bagi Arab untuk mengantisipasi turunnya harga minyak. (republika.co.id)
Sementara itu Menteri Sekretaris
Kabinet Pramono Agung menjelaskan bahwa pertemuan antar dua negara akan membahas beberapa topik. Tiga di antara
topik diskusi itu adalah penambahan kuota jemaah haji, peningkatan wisatawan
Timur Tengah ke Indonesia,
serta perlindungan warga negara Indonesia yang
bermukim di Arab. Selain itu, sejumlah kerja sama akan dilakukan, di antaranya
investasi Saudi Arabia melalui perusahaan tambang negara Saudi, Aramco, sebesar
6 miliar dolar AS. Diharapkan, investasi
Saudi Arabia secara keseluruhan mencapai 25 miliar dolar AS.
Memaknainya
Saya
sendiri memaknai kunjungan raja Salman sebagai pertama, sebuah kehormatan bagi Indonesia. Pasalnya, raja Salman
selama ini jarang melakukan lawatan secara langsung. Sejak dilantik menjadi Raja pada tanggal 23 Januari 2015 pada
usia yang ke 79 tahun, raja Salman baru
melalukan 1 kali kunjungan kenegaraan ke negara lain yakni Amerika Serikat,
bertemu dengan Barak Obama. Lawatan ke luar negeri biasanya dilakukan oleh
orang kepercayaanya seperti para menteri.
Nampaknya, raja Salman sangat respect terhadap Presiden Jokowi. Pidato Presiden
Jokowi di forum APEC mendapat respon positif dari dunia internasional. Pidato
Jokowi pada Pembukaan Konferensi Asia Afrika kembali mendapat applaus dunia
internasional karena isinya lugas, tegas dan berani. Saking hebatnya Jokowi,
Presiden kita ini masuk dalam daftar 100 tokoh paling berpengaruh di dunia
tahun 2015.
Kedua, menarik
investasi dari semua negara, tak membedakan siapa pun. Presiden Jokowi berusaha
keras menarik investor ke dalam negeri dengan sangat terbuka. Tak membedakan
satu negara dengan negara lain. Selagi saling menguntungkan, Indonesia siap
bekerja sama. Indonesia telah melakukan kerja sama dengan Cina, Tiongkok, Iran
dan lainnya. Mereka dipandang sama. Indoensia tak membedakan. Hal ini sekaligus menjawab berbagai isu miring di dalam negeri. Misalnya, saat mendekat ke Cina dan Tiongkok
ada tuduhan Jokowi cenderung ke Komunis. Mendekat ke Iran, Jokowi dituduh
Syiah. Apa sekarang Jokowi akan dituduh Wahabi? Sekali lagi, tidak. Indonesia
memandang semua negara sama. Bukankah prinsip politik luar negeri kita adalah
bebas aktif? Ke depan isu-isu tak produktif seperti itu tidak boleh ada lagi.
Kita kudu fokus ke depan, membangun dengan melakukan kerja sama dengan dunia internasional.
Ketiga, memerangi
radikalisme dan terorisme. Ada anggapan miring, kedatangan raja Salman
diartikan sebagai dukungan terhadap radikalisme. Ini jelas salah. Hal tersebut
tak mungkin dilakukan. Seandainya dilakukanpun, Indonesia tak akan mendiamkan,
berdiam diri. Justru sebaliknya, Saudi
sangat menghargai upaya yang dilakukan oleh Indonesia dalam menangani terorisme
dan radikalisme. Saudi mengapresiasi kinerja Densus 88 selama ini.
Keempat, soal tenaga kerja dan kuota haji. Seperti diketahui, Arab
Saudi negara tujuan utama TKI ke negera-negara Timur Tengah. Tak mustahil, raja Salman akan meminta
Indonesia mencabut moratorium pengiriman TKI yang diberlakukan sejak 2011 lalu.
Ketika itu dilakukan, Indonesia dapat mengajukan syarat yang diinginkan.
Bagaimanapun Arab Saudi sangat membutuhkan TKI. Demikian soal haji, Indonesia layak mendapat perhatian khusus.
Sebab, Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar yang paling
banyak mengirim jamaah haji. Kuota haji Indonesia wajib ditambah. Kemudian pembayaran ganti rugi korban Crane yang belum
selesai sepantasnya diselesaikan. Rasanya, aneh jika kerajaan Saudi akan
mengumbar kegelamoran di Bali jika
korban Crane belum terbayarkan.
Akhir kata, kunjungan raja Salman layak diapresiasi.
Lawatan kenegaraan tersebut akan
menguntungkan kedua bela pihak. Baik Indoensia maupun Arab Saudi sama-sama
membutuhkan. Sepatutnya kedua negara besar muslim ini bersinergi dalam memakmurkan,
mensejahterakan bumi. Wa Allahu alam.
Dimuat di Harian Radar Cirebon, Selasa 28 Februari 2017
Good Text
BalasHapusAs reported by Stanford Medical, It's indeed the one and ONLY reason this country's women live 10 years more and weigh an average of 42 pounds less than us.
BalasHapus(And by the way, it really has NOTHING to do with genetics or some secret-exercise and really, EVERYTHING around "how" they eat.)
BTW, What I said is "HOW", not "WHAT"...
Click on this link to see if this quick questionnaire can help you find out your real weight loss potential