Dalam
hadist masyhur, nabi Muhammad SAW bersabda haji adalah wukuf di Arafah. Hadist
yang diriwayatkan oleh At- Tirmizi, al-Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Imam
Ahmad
tersebut menegaskan akan pentingnya wukuf. Terkait itu, ulama Fiqhi
mengkategorikan wukuf sebagai rukun haji yang utama. Batal haji seseorang jika
meninggalkan, tidak melakukannya.
Wukuf secara bahasa
diartikan sebagai berdiam diri atau berhenti sejenak. Wukuf adalah ritual haji
yang dilakukan dengan cara berdiam diri di padang Arafah mulai tergelincirnya
matahari tanggal 9 Dulhijjah sampai terbenamnya matahari pada tanggal 10
Dulhijjah. Tempat wukuf tepatnya di atas bukit yang bernama Jabal Rahmah. Jabal
itu berartikan gunung sedangkan rahmah bermakna kasih sayang. Jabal Rahmah
merupakan saksi bisu pertemuan nabi Allah Adam as dan istrinya Hawa setelah
mereka berpisah sesaat turun dari surga.
Sebelum wukuf, jamaah haji
disunahkan mandi terlebih dahulu. Ini simbol bahwa dalam setiap kegitan ibadah,
mendekatkan diri pada Allah, seorang
diminta dalam keadaan bersih, suci. Ibadah sejatinya disamping untuk mendekatkan diri pada pencipta
juga guna membersihkan diri dari segala noda dan dosa.
Untuk tahun ini,
pelaksanaan wukuf akan jatuh pada hari minggu 11 September 2016 mendatang. Jelang wukuf, Pemerintah diwakili
Kementerian Agama RI meminta jamaah haji untuk hemat energi dan tidak banyak melakukan
kegiatan yang menguras tenaga. Tujuannya agar saat wukuf tiba, jamaah fit
menjalani rukun haji tersebut.
Menteri
Agama Lukman
Hakim Saifuddin, menegaskan
persiapan untuk pelaksanaan puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina)
terus dilakukan. Persiapan itu termasuk rapat koordinasi dengan Muassasah (pihak swasta yang ditunjuk pemerintah
Arab Saudi untuk mengurusi haji) dan maktab (penanggung jawab pemondokan). Menag berharap, Cuaca
bersahabat dan seluruh jemaah haji kita bisa menjalani ibadah wukuf di Arafah
dengan baik. Mudah-mudahan tidak ada angin kencang seperti tahun lalu yang
menyebabkan beberapa tenda jamaah roboh.
(merdeka.com)
Pesan
Moral
Sebagai puncak
ibadah haji, wukuf kaya makna dan hikmah. Dalam ibadah wukuf terkandung pesan
moral yang luhur. Berikut, yang dapat dipelajari dan dipahami. Pertama, wukuf menggambarkan miniatur
mahsyar. Wukuf di padang Arafah menggambarkan keadaan mahsyar. Mahsyar adalah
satu tempat dikumpulkannya seluruh umat manusia setelah di bangkitkan dari kubur. Mahsyar merupakan awal prosesi panjang
manusia menuju kehidupan akherat. Mahsyar menjadi tempat tunggu manusia di
depan hisab (perhitungan) amal mereka. Di Mahsyar, manusia merasa takut, panik
menanti keputusan Allah terhadap hitungan amal mereka. Karena kepanikan maha
dahsyat, mereka mencari sosok yang dapat membantu, menyelamatkan. Di tengah panas
terik matahari yang menyengat, manusia mendatangi nabi Adam as. Sayang, Adam as
tak menyanggupi. Mereka mendatangi Ibrahim, Musa, sampai Isa alaihimusalam. Tak
satupun dari mereka yang dapat membantu. Sampai akhirnya, nabi Muhamad SAW
menjadi satu-satunya orang yang dapat memberikan pertolongan, dalam bahasa
agama disebut syafaat.
Wukuf di Arafah kudu
mengingatkan betapa sulitnya kehidupan akherat tanpa iman dan amal saleh. Wukuf
selayaknya menyadarkan bahwa hidup di dunia adalah sementara. Perjalan panjang
hidup manusia berakhir di surga atau neraka. Kedua tempat tersebut menjadi
hunian terakhir di alam akherat. Karenanya, kehidupan akherat harus
dipersiapkan.
Kedua, media refleksi kolektif.
Wukuf yang berartikan berhenti sejenak tak lain adalah perintah untuk
merenung tentang apa yang telah dilakukan. Saatnya, mengevaluasi diri,
sejauhmana kehidupan kita menyimpang dari tuntunan ilahi. Wukuf adalah pengakuan atas
kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Bukan saja kesalahan individual, juga
kesalahan manusia secara kolektif. Di Arafah, umat Islam sedunia harus mencari
solusi bersama untuk memperbaiki hidup mereka. Di Arafah, umat Islam idealnya
membuat komitmen bersama guna
menciptakan kesejahteraan, kedamaian dan kejayaan Islam di waktu mendatang.
Menurut
Ibnu Abbas ra dinamakan dengan Arafah karena di tempat itulah manusia mengakui
dosa dan kesalahan-kesalahannya, lalu mereka bertobat. “Arafa bi dzanbihi wa
arafa kaifa yatub” (mengetahui dosa-dosanya, dan mengetahui bagaimana
cara bertobat). Karena, Adam dan Hawa setelah keduanya dikeluarkan dari surga
ke bumi, di Arafah-lah keduanya insyaf menyadari kesalahan dan dosanya kepada
Allah, lalu memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya. Keduanya berkata: 'Ya Tuhan
kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni
kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi'." (Qs. Al-A'raf [7]:
23)
Ketiga, nilai kesetaraan. Di Arafah tak mengenal status sosial.
Semua sama di hadapan Allah. Mereka berpakaian sama, tak dikenali siapa yang
kaya dan siapa yang miskin. Pejabat dan rakyat jelata duduk sama-sama rendah.
Arafah mengingatkan, manusia dilahirkan dalam keadaan yang sama. Perbedaan-
perbedaan hakekatnya mereka sendiri yang menciptakan.
Wukuf di Arafah
mengajarkan nilai kesetaraan. Karenanya, umat Islam yang melakukukan wukuf
harus bertekad dan berjanji untuk menghapus segala diskriminasi dalam kehidupan
nyata. Diskriminasi berdalih apapun wajib dilawan. Setiap dari kita mengemban
kewajiban yang sama menegakkan keadilan di muka bumi.
Keempat, kutbah Arafah dimaknai sebagai konfrensi internasional.
Ibadah haji sejatinya adalah pertemuan tahunan umat Islam. Pertemuan tahunan itu
sepantasnya dimanfaatkan dengan baik. Isu-isu kekinian seperti terorisme,
globalisasi, tekhnologi saatnya didiskusikan, dibicarakan bersama. Sehingga
dalam kutbah Arafah umat Islam dapat menyampaikan pesan ke publik, dunia Islam khususnya. Kutbah
Arafah tidak sekadar kegiatan ritual. Kutbah Arafah mesti bermuatan lebih, tidak hanya wasiat keagamaan.
Kutbah Arafah sejatnya
menncerminkan sikap umat Islam. Kutbah Arafah semestinya disampaikan oleh
pemimpin umat Islam. Tapi sekali lagi sayang, umat Islam tak memilki
kepemimpinan yang mendunia. Andai kita memilki pemimpin seperti Rasulullah SAW,
saya yakin kutbah Arafah akan dirasakan manfaatnya bagi kehidupan umat Islam.
Singkat kata, Arafah
adalah pengakuan atas kesalahan masa lalu. Arafah adalah momentum guna
membangkitkan kesadaran guna memperbaiki kehidupan diri dan umat pada waktu
yang akan datang. Wa Allahu Alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar