Hiruk pikuk Hari Guru Nasional (HGN) telah dilewati bersama
harapan dan problematika pendidikan. Harapan menghadirkan masa depan generasi
Indonesia mendatang yang cerah, lebih baik. Kemudian, problematika pendidikan
yang senantiasa menghadang menjadi tantangan bagi para pendidik atau guru di
tanah air dalam proses mencetak generasi bangsa tersebut. Dalam konteks ini,
baik bagi para pendidik menyimak pesan yang disampaikan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Anis Baswedan dalam pidato sambutan beliau pada HGN beberapa waktu yang lalu.
Ada beberapa point penting, pesan yang harus dipahami oleh
para pendidik atau guru. Pesan itu harus menjadi pengingat, pegangan, acuan
mereka dalam menjalankan tugas mulia mengajar dan mendidik. Berikut
diantaranya, pertama, menjadikan
orang tua siswa sebagai mitra kerja. Guru harus menjalin komunikasi yang baik
dengan mereka. Orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Sedangkan guru
merupakan pendidik yang dibutuhkan setiap
anak pada tahap berikutnya. Karena itu, guru dan orang tua harus bisa bekerja
sama dalam mencetak wajah masa depan Indonesia, yakni generasi setelah mereka.
Kedua, guru harus memandang dan menganggap tanggung
jawab mendidik anak bangsa sebagai tugas mulia dan terhormat bukan beban.
Sebuah kehormatan besar, karena mengajar dan mendidik merupakan amanat
proklamasi kemerdekaan yakni mencerdaskan anak bangsa. Guru harus suka rela,
ikhlas dalam menjalankan tugasnya. Mereka harus sadar bahwa di pundak mereka
bergantung generasi Indonesia yang akan datang. Guru adalah agen perubahan (agent
of change). Menurut Anis Baswedan, setiap langkah, tutur kata, dan karya guru
adalah ikhtiar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru harus benar-benar
menghayati dan mencintai pekerjaannya. Guru harus mengajar dan mendidik setiap
siswanya dilandasi oleh panggilan hati nurani.
Ketiga, menjadikan sekolah sebagai taman belajar bagi
siswa seperti harapan Bapak Pendidikan
Nasional, Ki Hajar Dewantara. Bagi beliau, belajar itu harus senang dan
menyenangkan. Karenanya menjadi tantangan buat para guru untuk bisa menjadi
guru yang dicintai bukan guru yang ditakuti. Maka para guru harus mampu
menciptakan sekolah yang menyenangkan. Yaitu sekolah yang bersih, asri (green
school), sehat, ramah
lingkungan, berfasilitas lengkap. Ciptakan lingkungan pergaulan sekolah yang
menyenangkan pula. Kembangkan suasana kekeluargaan antara sesama warga sekolah
dengan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun). Sekolah
menyenangkan akan membuat peserta didik betah, tak mau pulang, segera ingin
masuk kelas saat bel masuk terdengar. Mereka setiap saat merindukan gurunya. Menteri Anis Baswedan menegaskan bahwa kegiatan
belajar yang menyenangkan bukannya kegiatan belajar yang tanpa tantangan,
tetapi kegiatan belajar yang memberikan beragam pilihan dan tingkatan tantangan
kepada guru dan siswa yang juga beragam. Untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran
yang menyenangkan, tentunya dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif,
menerapkan berbagai pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik yang
disesuaikan dengan karakter materi dan kebutuhan peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
Keempat, sesuai tema HGN tahun ini, Guru Mulia Karena Karya, guru
dituntut selalu berkarya. Karena karya, guru akan dikenang sepanjang masa.
Karya tersebut bisa terkait dengan tugasnya sebagai pendidik seperti inovasi
pembelajaran, menciptakan metode mengajar, menemukan media pembelajaran yang
dibutuhkan sesuai perkembangan jaman, menulis karya ilmiah baik buku atau
artikel lepas di media. Menurut Amirullah Sarbini (2015), guru yang hebat
adalah guru yang bisa menulis, menuangkan gagasan, berbagi penemuan. Dan tentu
maha karya seorang guru adalah mencetakan anak didik yang beriman, bertakwa,
memiliki budi luhur, cerdas, berpikir kritis, juga terampil. Menyaksikan
peserta didik yang sukses menjadi kebahagian dan kebanggaan besar bagi guru.
Untuk itu semua, guru harus selalu aktif, kreatif, inovatif dalam menghadirkan
karya-karyanya. Dan bagi pemerintah,
Mendikbud berjanji akan selalu memberikan penghargaan bagi mereka. Karenanya,
Mendikbud mengajak para guru untuk terus berkarya dan menjadi guru pembaharu
karena sosok-sosok guru seperti itu sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia.
Kelima, guru harus jadi pembelajar abadi. Guru tidak
boleh berhenti belajar lantaran karena sudah menjadi guru yang mengajar. Ini
pemikiran yang salah. Justru pengajar yang baik adalah pengajar yang selalu
belajar. Menurut Idris Apandi (2015), guru jangan sampai kalah cepat oleh
murid-muridnya. Guru harus selangkah atau bahkan beberapa langkah lebih maju
dari murid-muridnya. Guru harus menyampaikan ilmu dan informasi yang paling
mutakhir (update) dan segar (fresh) kepada murid-muridnya supaya mereka
pun tidak ketinggalan informasi. Guru harus banyak membaca berbagai referensi
baik dari buku, surat kabar, majalah, jurnal, internet sebagai bekal untuk
mengajar anak-anak didiknya. Guru harus selalu meng-update (memperbaharui) dan
meng-upgrade (meningkatkan) kemampuannya sebagai bagian dari pengembangan
profesinya baik dilakukan secara mandiri maupun melalui kegiatan yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi maupun pemerintah. Pengembangan profesi
secara mandiri misalnya dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi, mengikuti seminar, workshop, membaca berbagai sumber belajar, dan
sebagainya. Pengembangan profesi yang dilakukan oleh organisasi biasanya
melalui Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), atau
Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK). Sedangkan pengembangan profesi yang
dilakukan oleh pemerintah biasanya adalah berupa kesempatan beasiswa, magang,
diklat, workshop, atau lomba inovasi guru dalam pembelajaran, blockgrant
pengembangan profesi guru, dan sebagainya. (http://www.kompasiana.com/)
Keenam, guru tidak hanya mengajar, mendidik tapi juga
memimpin. Mengajar adalah mentransfer ilmu pengetahuan, ketrampilan (transfer of knowledge), pada peserta didik. Sedangkan mendidik adalah menanamkan
nilai-nilai luhur, akhlak mulia, karakter pada siswa. Kemudian memimpin adalah
mengarahkan, membina, membimbing mereka dengan senantiasa memberi contoh dan teladan.
Mengajar, medindidik dan memimpin harus dilakukan oleh guru secara seimbang dan
beriringan. Kebanyakan dari kita, para guru hanya mengajar belum mendidik
apalagi memimpin. Ini menjadi PR dan tantangan sekaligus tuntutan moral bagi
semua guru Indonesia.
Akhir kata, pesan-pesan di atas harus selalu diingat,
diupayakan, dilakukan oleh guru Indonesia. Hal itu, semata-mata untuk perbaikan
dan peningkatan kualitas pedidikan nasional di masa yang akan datang. Guru
Indonesia yang hebat adalah mereka yang selalu belajar, berkarya, menjalankan
tugas dengan ikhlas, tidak sekadar mengajar tapi mendidik dan memimpin, serta
mampu menciptakan sekolah yang menyenangkan. Dari tangan mereka akan lahir
generasi bangsa yang lebih baik. Wa
Allahu Alam