Beberapa hari lalu, pemberitaan media
diramaikan dengan berita tentang Investasi. Berdasarkan laporan harian ini, Tim
Satgas Waspada Investas (SWI) dari otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendatangi
kantor Cakrabuana Sukses Indonesia (CSI), Selasa (24/11). Tim datang menggunakan mobil hitam Toyota Rush
plat merah E 20 A dengan pengawalan sejumlah anggota kepolisian dari Polsek
kedawung dan Polres Kota Cirebon.
Saat itu, PT CSI melalui kuasa hukum
Darmaji SH MH tidak menyangkal bahwa pihaknya tidak terdaftar atau tidak
dijamin oleh OJK. Menurutnya, PT
CSI berbentuk seperti koperasi yang
prinsipnya dari anggota, oleh anggota, dan untuk anggota. Darmaji menegaskan,
CSI bukan perbankan, jadi tidak ada kaitan dengan OJK. CSI adalah koperasi
syariah.
. Secara bersamaan, di Jakarta, kasus investasi
bodong menyeret artis Sandy Tumiwa. Kasus yang sebenarnya sudah lama itu
kembali mencuat. Sandy Tumiwa bersama temanya, Astriana mengajak sejumlah orang
menjadi investor untuk menggelontorkan dana pada perusahaan dengan nama PT. CSM
Bintang Indonesia yang bergerak pada usaha forex trading. Mereka diiming-imingi akan medapatkan keuntungan 40% per bulan dari nilai
investasi. Keuntungan itu akan bertambah berlipat jika para investor
menggaet calon investor lainya, bergabung masuk. Masyarakat pun beramai-ramai
bergabung menjadi investor. Dan ternyata, keuntungan yang dijanjikan pun tak terbukti, tidak kunjung datang. Mereka gigit jari. Bahkan
dana awal mereka tidak bisa ditarik.
Konon dana dari investor yang menguap
mencapai angka 7 miliar rupiah. Sangat fantastis. Sandy dan Astriana pun
ditetapkan menjadi tersangka yang dijerat dengan pasal penipuan. Saat ini
kasusnya tengah ditangani Polda Metro Jaya. (http://news.detik.com/)
Kenapa tergiur?
Kasus investasi bodong sebenarnya
bukan hal baru. Sudah banyak korban yang kehilangan uangnya di berbagai daerah.
Namun nyatanya bisnis investasi masih
saja diminati oleh banyak kalangan.
Menurut hemat saya, ada beberapa sebab hal itu terjadi, pertama, gaya hidup instan. Seiring dengan kemajuan tekhnologi yang
sangat pesat, melayani kebutuhan hidup, masyarakat modern berubah menjadi
manja. Dalam segala hal mereka dilayani
oleh tekhnologi. Keadaan seperti itu menjadikan banyak orang malas. Orang
lebih memilih jalan pintas dalam banyak
hal. Mereka tidak mau bersusah payah. Mereka berusaha bekerja ringan menghasilkan
keuntung besar. Bila perlu mereka mencari bisnis yang tanpa kerja apa pun.
Mereka ingin duduk manis di rumah, transferan uang masuk ke rekeningnya setiap
bulan dalam jumlah yang banyak. Gaya hidup seperti ini, investarsi menjdai
pilihan.
Kedua,
serakah, memilih jalan pintas. Keserakahan seseorang seringkali mengelapkan
hati, membutakan mata, menutup pikir.
Iming-iming akan mendapat jasa dari investasi yang cukup besar, bahkan
seringkali tidak masuk akal membuat orang cepat mengambil keputusan untuk
bergabung. Orang serakah hanya bisa melihat keuntungan besar, mengabaikan segala
hal. Padahal, semakin besar keuntungan yang dijanjikan semakin besar pula
kemungkinan penipuannya. Itu yang tidak disadari oleh orang bila serakah telah
menguasai diri.
Ketiga,
ketidakpahaman. Pengetahuan yang
minim terkait seluk beluk masalah investasi juga menjadi penyebab orang mudah
bergabung, menyambut ajakan teman, saudara, atau lainnya. Mereka yang mengajak
biasanya menceritakan bukti nyata bahwa mereka mendapatkan keuntungan investasi
setiap bulannya. Harusnya, informasi itu tidak langsung dipercaya. Harusnya
dipelajari terlebih dahulu, tidak langsung bergabung karena yang mengajak orang
yang kita kenal, kita percayai. Orang yang mengajak memang benar telah
mendapatkan keuntungan tersebut karena mereka lebih dulu bergabung. Sebab
biasanya, investasi bodong akan bermasalah saat tidak ada lagi yang bergabung
atau saat sudah banyak yang bergabung sementara untuk menutup pembayaran
keuntungan investasi mereka tak imbang dengan uang investasi yang baru masuk.
Bukankah investasi bodong pada hakekatnya adalah perputaran uang. Yang awal
masuk jelas beruntung, sedang yang akhir menjadi buntung.
Masyarakat diminata
berhati-hati
Kaitan dengan hal di atas, selayaknya
kita semua berhati-hati dalam menyikapi setiap ajakan berinvestasi. Untuk menghindari
investasi bodong, Pical Gadi (2015), menyarankan kiat-kiat, sebagai berikut, pertama, pelajari karakteristik produknya.
Jangan mudah percaya pada janji-janji manis hasil investasi. Para penjual
produk adalah mereka yang gagah, cantik serta pandai berkata-kata untuk
membuyarkan konsentrasi anda dari masalah sebenarnya, keselamatan uang anda.
Pelajari secara seksama produk yang akan anda beli. Jangan hanya imbas
hasil-nya saja. Telisik juga resiko, rekam jejak perusahaan serta izin
operasional atau izin dari otoritas yang berwenang. Misalnya untuk asuransi
pastikan telah terdaftar pada OJK. Untuk perusahaan pialang perdagangan
berjangka, telah terdaftar di Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
dan Komoditi). Kemudian untuk perusahaan broker saham telah terdaftar pada
Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) dan lain-lain.
Kedua, mewaspadai iming-iming imbas hasil. High Risk High Return,
ini peribahasa klasik di dunia investasi. Dengan demikian semakin tinggi imbas
hasil yang dijanjikan biasa semakin besar pula resiko yang menyertainya.
Makanya lembaga keuangan memiliki divisi atau orang-orang khusus yang
bertugas mengelola dana investor serta mengawasi resiko yang terjadi. Kemudian
lembaga investasi yang mengelola resiko pada umumnya tidak serta merta mematok
angka tertentu sebagai imbas hasil investasi dari investornya. Mereka biasa
menggunakan kisaran atau ilustrasi imbas hasil, seperti yang biasa diberikan
agen asuransi kepada pemegang polisnya. Itu pun masih menambahkan catatan kaki
tertentu. Misalnya, realisasi yang terjadi masih bisa lebih tinggi atau rendah
tergantung dari situasi dan kondisi perekonomian nasional. Jadi hati-hati
dengan mereka yang terang-terangan menjanjikan, misalnya 40% per
bulan seperti pada contoh kasus kita di atas.
Ketiga, batasi dana pada investasi yang bersifat fluktuatif.
Contoh-contoh instrumen investasi yang bersifat fluktuatif misalnya reksadana,
pasar modal, produk derivatif (forex, indeks saham, dll). Beberapa pihak
menyebutnya spekulatif, namun para pelaku investasi pada bidang tersebut
memilih kata yang lebih positif, fluktuatif. Tapi prinsipnya sebenarnya sama,
nilai tunai investasi kita sangat tergantung pada kondisi perekonomian baik
nasional maupun global. Jika perekonomian sedang ‘hijau’, imbas hasil investasi
kita bisa menanjak namun hal sebaliknya bisa terjadi jika ekonomi sedang lesu.
Kita mesti bijak, jika ada yang menawari produk investasi berbasis instrumen
tersebut. Prinsip diferensiasi produk investasi memang penting, namun prinsip
kehati-hatian lebih penting. Jangan mengalokasikan dana terlalu banyak pada
instrumen investasi seperti ini jika kita tidak siap dengan resikonya.
Keempat, mewaspadai money game, atau
perputaran uang. Penipuan-penipuan ala money game dengan macam-macam modus
sudah sering terjadi, namun seringkali masyarakat masih jatuh pada lubang yang
sama. Waspadai ciri-ciri modus money game berikut: Janji keuntungan tinggi,
tidak ada produk yang dijual selain perputaran uang antar user (pengguna
produk), sistem jaringan untuk menggenjot user mencari user lain dengan janji
keuntungan berlipat, user awal masih bisa menerima imbas hasil namun yang belakangan
hanya menerima pahit-nya saja. Jika tawaran investasi yang datang sudah
terindikasi sebagai money game, sebaiknya anda segera menjauh.
Akhir kata, mewaspadai setiap tawaran
investasi merupakan sesuatu keharusan agar kita tidak tertipu. Beberpa tips di
atas dapat dijadikan tameng atau filter untuk mengamankan uang kita, menyaring
mana investasi yang benar dan mana yang bodong. Karena tidak semua investasi
bodong. Tapi melihat kasus-kasus di atas, sebaiknya kita semua berhati-hati. Wa Allahu A’lam.
Dimuat di Harian Umum Radar Cirebon, Senin, 30 Nopember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar