Besok Senin (4/4), peserta didik
tingkat SLTA (SMU/SMK/MA) akan melaksanakan Ujian akhir Nasional (UN). Sedangkan
SLTP (SMP/MTs) akan diselenggarakan pada tanggal 9 sampai 12 Mei 2016. Tahun
ini merupakan tahun kedua UN dengan paradigma dan tujuan baru. UN tidak lagi
menjadi penentu kelulusan satu-satunya. UN menjadi tak seram dan menakutkan
lagi. UN sebatas untuk 1) pemetaan mutu program dan/atau
satuan pendidikan 2) dasar seleksi masuk
jenjang pendidikan berikutnya dan 3)pembinaan dan pemberian bantuan kepada
satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tidak
lebih dari itu.
Namun
demikian, UN bukan berarti tidak penting. UN tetap wajib disiapkan oleh semua pihak. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, sekolah,
guru, dan peserta didik harus mempersiapkan diri secara maksimal sesuai peran
dan fungsinya masing-masing. UN tahun ini diharapkan berjalan dengan baik dan
berkualitas. Permasalahan yang kerap
menjadi kendala setiap tahun diantaranya adalah soal pendisribusian logistik,
kebocoran soal, dan absennya peserta didik. Untuk tahun ini, sebagian sekolah akan
melaksanaan UN dengan berbasis komputer.
Maka penguasan IT menjadi persoalan baru baik bagi sekolah (baca:tenaga
kependidikan) maupun peserta didik. Di berbagai tempat telah dilaksnakan uji
coba. Uji coba lebih bertujuan untuk mematangkan kesiapan peserta ujian
menggunakan IT atau komputer.
Terkait dengan pendistribusian, Mendikbud mengatakan, distribusi naskah untuk UN Berbasis
Pensil dan Kertas (UNPK) sudah berjalan dengan baik. Untuk sekolah-sekolah yang
berada di daerah pelosok, distribusi naskah telah dilakukan lebih dahulu untuk
mengantisipasi keterlambatan datangnya naskah. Sedangkan untuk sekolah-sekolah
yang tidak sulit dicapai, dijadwalkan naskah akan tiba pada 2 April 2016. Dalam pendistribusian, Kemendikbud telah melibatkan kepolisan untuk
keperluan keamanan. (http://m.solopos.com/)
Mengenai
kebocoran soal berdasarkan pengalaman, menurut Pengamat Pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, Nuryati Djihadah (2015), kebocoran soal berkaitan
erat dengan kepentingan politik oleh beberapa oknum yang menagani dunia
pendidikan. Kebocoran soal UN terjadi karena ada tekanan dari para pemimpin di
wilayah tertentu. Misal, katanya, Kepala Sekolah ditekan oleh Kanwil Dinas
Pendidikan untuk bisa memberikan hasil UN yang baik. Dalam hal ini, katanya,
para siswa diharapkan bisa mendapatkan nilai yang baik dan lulus 100 persen. (http://www.republika.co.id/)
Tentang
absennya sejumlah peserta didik biasanya karena faktor kesehatan. Untuk itu,
peserta didik diminta menjaga kesehatan menjelang dan selama pelaksanaan UN.
Memang ada jadwal susulan bagi mereka yang tak dapat hadir karena alasan
semisal sakit. Tapi, melaksanakan di jadwal utama tentu lebih baik, lebih
mudah. Tak repot.
Prestasi
Penting, Jujur Utama
Motto
UN yang diprogramkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun ini adalah prestasi penting, jujur yang utama. Motto
tersebut menyampaikan pesan bahwa peserta UN kudu meraih prestasi. Tapi dalam
menggapai prestasi tak perlu mengorbankan
kejujuran. Kejujuran lebih utama dari segala.
Kemendikbud
disamping berharap prestasi peserta didik mendapat nilai tinggi, juga menuntut integritas
sekolah tinggi dalam menyelenggaraan UN. Pemerintah disamping memberikan
penilaian hasil ujian peserta didik juga akan mengeluarkan indeks
integritas setiap daerah dan sekolah. Indek integritas ialah indeks yang menunjukkan
kejujuran peserta didik, sekolah juga daerah dalam melaksanakan UN. Indeks
integritas daerah atau sekolah terdiri
(1) Indeks Tinggi, Nilai UN juga tinggi, (2) Indeks Tinggi Nilai UN rendah, (3)
Indeks Rendah Nilai UN tinggi, atau (4) Indeks rendah, nilai UN juga rendah.
Indeks tinggi atau rendah
tersebut diukur dari sejauh mana kecurangan terjadi di suatu sekolah, secara
sederhana, kalau 80 persen dari peserta ujian di sekolah itu jawaban salahnya
di soal yang sama, maka indeksnya menjadi 20. Tapi kalau hanya 10 persen, dari
jumlah peserta ujian punya kesalahan di soal yang sama, maka nilai indeksnya
90. Setelah itu baru dicek kebenaran jawabannya.
Ada sekolah yang indeksnya
rendah, nilai rata rata UN-nya juga rendah. Ini artinya, kunci jawaban yang
beredar disekolah tersebut adalah kunci yang salah. Tapi ada sekolah yang
indeksnya tinggi, tapi nilai UN-nya rendah; ini artinya mereka rata-rata jujur.
Tidak ada kunci jawaban yang beredar, tidak ada kerjasama antar siswa yang
dibiarkan. Mungkin karena soalnya yang memang tidak bisa mereka selesaikan
dengan benar.
Indeks integritas
rencananya akan diumumkan oleh pemerintah. Pada tahun 2015, pemerintah telah
menetapkan 503 sekolah sebagai sekolah ber- indeks integritas tertinggi. Sedangkan tahun ini, seperti ditegaskan oleh Kepala
Pusat Pendidikan Kemendikbud, Nizam, pemerintah berencana akan mengumumkan juga
sekolah ber-indeks integritas rendah. Ini yang tidak dilakukan pada tahun sebelumnya.
(http://www.infoptk.net/)
Mengahadipinya
Menghadapi UN tidak harus
berlebihan. Pahamilah UN sebagai bagian aktivitas rutin kependidikan di sekolah yang harus disiapkan oleh semua
yang terlibat secara baik. Bagi peserta didik, tak perlu lagi takut. Guru
seyogyanya menyiapkan semaksimal mungkin. Kemudian Sekolah memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh guru
dan peserta didik dalam mempersiapkan diri menghadapi UN.
Dalam sebuah kesempatan,
Menteri Mendikbud Anies Baswedan berpesan kepada peserta didik agar selalu
belajar. Ikuti program sekolah dalam menyiapkan diri menghadapi UN. Istirahat
yang cukup, jaga kesehatan. Dan yang paling penting, ujian harus dijalani dengan kejujuran. Ujian dilaksanakan untuk mengetahui sampai
sejauh mana pencapaian yang didapat. Itulah salah satu tujuan UN. Yakni berkaca di mana
letak kekurangan dan kelebihan kita, baik peserta didik, guru, juga sekolah.
Orang tua
juga tak perlu panik. Dampingi anak-anak dengan keikhlasan dan kasih sayang.
Ciptakan kondisi yang menyenangkan bagi anak. Berikan mereka motivasi dan
semangat. Dan iringi perjuangan mereka dengan doa agar kesuksesan menyertai
mereka dalam menghadapi UN tersebut.
Akhir
kata, mengutip ungkapan Mendikbud Anies Baswedan, UN bukan untuk lulus 100 persen, tetapi lakukanlah dengan jujur
100 persen, karena UN tidak lagi menjadi syarat tunggal kelulusan. Tujuan UN adalah
untuk mengetahui capaian belajar seorang siswa. Ini merupakan hak seorang siswa
untuk mengetahui capaian belajarnya. Sebab itu, sekolah juga tak perlu
berbuat curang. Kejujuran dan integritas lebih penting daripada prestasi semu
yang dicapai dengan kecurangan. Usaha maksimal sekolah akan mengantarkan pada perolehan indeks integritas tinggi,
nilai UN tinggi. SEMOGA.Wa Allahu Alam