Kamis, 16 Maret 2017

Selamat Jalan KH Hasyim Muzadi


            Indonesia kembali berduka. Putra terbaik negeri ini telah meninggal dunia. KH Hasyim Muzadi mangkat meninggalkan kita semua. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) tersebut wafat pada kamis pagi  kemaren (16/3)  dalam usia 72 tahun. Sebelumnya, KH Hasyim Muzadi telah menjalani perawatan intensif di RS Lavalette, Malang, Jawa Timur. Dari Malang,  janazah almarhum diterbangkan ke Jakarta. Di Pesantren Al Hikam 2 Depok, jenazah KH Hasyim Muzadi dikebumikan. Ribuan orang mengantarkannya ke peristirahatan terakhir. Sebagai penghormatan negara, pemakaman dilakukan secara militer dipimpin oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla. JK  mengaku merasa sangat kehilangan tempat bertanya setelah wafatnya KH Hasyim Muzadi. JK mengaku memiliki banyak kenangan dengan almarhum.
Bernama lengkap  Ahmad Hasyim Muzadi, lahir di Tuban, Jawa Timur 8 Agustus 1944 adalah seorang tokoh Islam Indonesia dan mantan ketua umum Nahdlatul Ulama yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 19 Januari 2015.  Dia juga merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam di Malang, Jawa Timur.  Hasyim Muzadi pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor (1956-1962). Muzadi menempuh jalur pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di Tuban pada tahun 1950, melanjutkan pendidikan di Pondok Modern Gontor Ponorogo, ia lalu menuntaskan pendidikan tingginya di Institut Agama Islam Negeri  (IAIN) Sunan Ampel Malang, Jawa Timur pada tahun 1969.
Kiprah organisasinya mulai dikenal ketika pada tahun 1992 ia terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur yang terbukti mampu menjadi batu loncatan bagi Hasyim untuk menjadi Ketua PBNU pada tahun 1999. Tercatat, suami dari Hj. Muthomimah ini pernah menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada tahun 1986, yang ketika itu masih bernaung di bawah Partai Persatuan Pembangunan. Muzadi pernah berposisi sebagai pendamping Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan presiden Indonesia seawal November 2003. Ia resmi maju bersama Megawati pada 6 Mei 2004.  Dalam pemilihan umum Presiden Indonesia 2004, Megawati dan Muzadi meraih 26.2% suara di putaran pertama, tetapi kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla di putaran kedua.
Presiden Joko Widodo mengaku merasa kehilangan atas wafatnya KH Hasyim Muzadi. Dalam akun Facebook-nya, Presiden mengungkapkan perasaanya, bangsa ini telah kehilangan salah satu ulama, guru, penjada terdepan kebhinekaan. Seorang tokoh yang hidupnya didedikasikan untuk agama dan bangsanya. Sungguh, saya sangat kehilangan. Semoga almarhum Kyai Hasyim Muzadi beroleh tempat nan lapang di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan tetap tegar dan tabah..
          KH Hasyim Muzadi tak hanya dikenal sebagai ulama kharismatik, beliau merupakan tokoh bangsa yang sangat berpengaruh. KH Hasyim Muzadi adalah seorang negarawan sejati. Menurut Prof. Mahfud MDmantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) seperti ditulis kompas.com memberikan kesaksian bahwa KH Hasyim Muzadi bukan sekadar tokoh NU, melainkan juga tokoh bangsa. Sebab bagi Mahfud, Kiai Hasyim merupakan sosok yang bisa memberi teladan hidup sebagai orang Islam dan Indonesia secara bersamaan.
Mengenangnya
          Sebagai umat Islam sekaligus bangsa Indonesia, saya juga anda pasti sulit melupakan jasa-jasa KH Hasyim Muzadi. Pikiran dan gagasannya sangat cemerlang. Beliau seorang tokoh bangsa yang memiliki visi melesat jauh ke depan. Menurut hemat saya, berikut beberapa gagasan besar dan warisan pemikiran dari beliau yang  sepantasnya diingat, dijaga dan diamalkan. Pertama, Islam rahmatan lil alamin. Islam bagi beliau tak hanya untuk internal umat. Islam merahmati semua manusia. Tak mengenal ras, suku, bangsa bahkan agama. Di Indonesia, bagi beliau Islam Nusantara adalah pilihan tepat dalam memaknai kehidupan dalam berbangsa dan beragama. KH Hasyim Muzadi mendorong semangat pluralisme. Beliau merangkul semua elemen bangsa dari berbagai latar belakang.
          Bagi Hasyim, umat Islam Indonesia wajib mengembangkan dan mengamalkan tak hanya ukhuwwah Islamiyah (persatuan karena ikatan Islam). Lebih jauh, ukhuwah wathoniyah dan ukuwah basyariyah juga sebaiknya dilakukukan dan dijadikan pegangan. Ukhuwah wathoniyah adalah persatuan dan persaudaraan sesama anak bangsa. Kerukunan antara umat beragama, antara ras dan suku kudu selalu dijaga. Kita dibiasakan saling menghargai , menghormati segala perbedaan yang ada.  Saling membantu, tolong menolong dan saling melengkapi. Perbedaan pandang dalam berbangsa dan bernegara dijadikan sebagai modal, potensi dan kekayaan yang harus dimanfaatkan. Kemudian ukhuwah basyariyah yakni persaudaraan sesama manusia. Prinsip ini yang mendasari beliau dalam memandang dunia global. Kita berkewajiban menjaga perdamaian dunia. Kekerasan, perang, permusuhan antar bangsa atau negara selayaknya dhindari secara bersama.
          Kedua, Islam dan nasionalisme. Islam, bagi Hasyim tak boleh dipertentangkan dengan negara. Islam sejatinya dapat berdampingan secara harmonis dengan negara. Islam menopang negara. Sebaliknya, negara melindungi dan menjaga kehormatan Islam. Pancasila dinilai sebagai intisari Islam. Dalam Pancasila ada ketuhanan, keadilan, kemanusia, persatuan, dan demokrasi. Semua diajarkan oleh Islam. Maka Pancasila itu sangat Islami. Tak sepantasnya ditolak dengan mengatasnamakan Islam. Pancasila sudah menjadi keputusan final bangsa ini. Umat Islam berkewajiban menjaganya.
          Ketiga, mengembangkan humanisme. Humanisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa manusia dapat memahami dunia serta keseluruhan realita dengan menggunakan pengalaman dan nilai-nilai kemanusiaan bersama. Kita bisa hidup baik tanpa agama sekalipun. Dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan keagamaan maupun kebangsaan, Hasyim Muzadi senantiasi melakukannya dengan menggunakan pendekatan yang sangat humanis. Bahkan beliau dikenal sangat humoris. Leluconnya mencairkan permasalahan. Mendinginkan suasana. Contohnya,  saat beliau menanggapi cerita Dimas Kanjeng yang mampu menggandakan uang. Kiai Hasyim lantas menanyakan, kalau Dimas Kanjeng bisa menggandakan uang kenapa malah mengumpulkan uang dari orang lain untuk digandakan. Begitulah, KH Hasyim Muzadi. Sangat cair dalam memandang setiap persoalan.
          Singkat kata, KH Hasyim Muzadi telah tiada. Pemikiran dan gagasanya yang cemerlang menjadi warisan berharga bagi umat Islam dan bangs Indonsia. Saya berkeyakinan beliau telah melahirkan penerus, Hasyim-Hasyim muda yang akan menggantikannya. Pengabdian beliau membina umat dan bangsa telah paripurna. Selamat jalan KH Hasyim. Semoga amal ibadahmu diterima di sisi-Nya. Amin.  Wa Allahu Alam
Tulisan ini dimuat di Harian Umum Radar Cirebon, Senin 20 Maret 2017

         


Apakah Anda Seorang Ayah?





            Setiap laki-laki beristri dan memilki seorang anak dapat mengklaim, mengaku dirinya sebagai ayah. Sebab dalam bahasa Indonesia ayah diartikan sebagai orang tua laki-laki dari seorang anak. Tergantung hubungannya dengan sang anak, seorang "ayah" dapat merupakan ayah kandung (ayah secara biologis) atau ayah angkat. Panggilan "ayah" juga dapat diberikan kepada seseorang yang secara de facto bertanggung jawab memelihara seorang anak meskipun antara keduanya tidak terdapat hubungan resmi.
          Apa betul seperti itu? Rasanya tak sesimpel itu. Jika memahami ayah sebatas definisi di atas, semua orang dapat berbangga hati mengaku sebagai ayah ketika anaknya sukses. Seorang dapat membusungkan dada saat anaknya jadi milyarder, pejabat  atau lainnya walaupun sepanjang hayatnya ia tak pernah mendidik anak tersebut. Saat kecil, hanya ibunya yang mengajarinya mengenal huruf dan membaca. Ibunya dengan penuh kasih sayang membimbing, melatih dan membantunya setiap menghadapi kesulitan dalam belajar. Gurunya di sekolah yang lebih memperhatikan dan menyayanginya. Sang ayah sibuk bekerja, dan bekerja. Menurutnya, tugas seorang ayah adalah mencari uang sebanyak-banyaknya guna biaya hidup keluarga dan sekolah anak. Seoarang yang mengaku ayah karena memilki anak seperti orang yang mengaku pemain bola hanya sekedar karena memilki bola. Ayah  itu gelar untuk lelaki yang mau dan pandai mengasuh anak bukan sekedar 'membuat' anak.
          Persepsi yang keliru soal peran ayah seperti di atas berpotensi terhadap kegagalan para orang tua dalam mengantarkan anak-anaknya ke gerbang kesuksesan. Lebih lagi, tak sedikit orang tua yang tak mau belajar. Pemain bola profesional menjadi mahir bermain bola bukan karena memiliki bola saja. Namun, ia mau belajar sungguh-sungguh dan berlatih keras secara terus menerus. Sekarang, kita apa pernah belajar untuk menjadi seorang ayah? Elly Risman Musa, seorang Psikolog ketika mengapresiasi bukunya Munif Chatib berjudul Orangtuanya  Manusia  mengatakan kita semua ternyata tidak siap menjadi orang tua. Kita bersekolah untuk menjadi ahli di bidang masing-masing, tetapi tidak untuk menjadi ayah atau ibu. Ilmu dan tekhnologi berkembang, kita tetap menggunakan “cara lama” dalam mengasuh anak kita yang kini disebut Gen Z. Karenanya, kita hanyut dalam “tren” bagaimana anak orang, begitula anak kita. 
          Sekarang, “ayah sibuk”  menjadi trend para orang tua. Kesibukan ayah menjadi alasan mereka tak memperhatikan anak-anaknya. Seorang anak di era global harus menerima nasib, jauh dari ayah. Banyak anak yang merasa menjadi yatim karena kesibukan ayahnya. Ayah tak memilki banyak waktu dengan anak-anak. Terlebih yang hidup di lingkungan masyarakat perkotaan. Mobilitas yang tinggi di perkotaan memacuh semua orang bergerak cepat. Siapa cepat dapat. Lambat tak dapat. Hal demikian,  menjadikan para ayah melupakan tugas dan kewajibannya dalam keluarga terutama terkait pendidikan anak mereka. Ayah super sibuk tak hanya ada di kota. Dalam masyarakat pedesaan pun fenomena tersebut mulai muncul dan berkembang.
          Guna menjadi ayah yang baik, menurut hemat saya ada beberapa tips yang bisa dilakukan. Pertama, tetaplah meluangkan waktu untuk keluarga. Sesibuk apa pun kita, sebagai ayah sebaiknya tetap berkomunikasi, memantau perkembangan anak dari waktu ke waktu. Luangkan waktu walau untuk sekadar menanyakan prihal makan apa belum? Sedang apa di rumah? Bersama siapa? Baik juga bermain dengan anak. Keterlibatan ayah dalam mendidik anak diantaranya bisa dilakukan dengan bermain atau belajar bersama. Betapa senang anak-anak apabila ayah mau bermain, bergembira bersama mereka. Dalam sebuah riwayat, diceritakan bagaimana Nabi Muhamad SAW bermain dan bercanda ria dengan cucu kesayangan beliau Al-Hasan dan Al- Husein. Rasulullah SAW pernah menjulurkan lidahnya dalam bercanda dengan keduanya.
Dalam hadist lain, Anas bin Malik ra menuturkan, bahwa Rasulullah  SAW senang bercanda dengan Zainab, putri Ummu Salamah ra. Beliau memanggilnya dengan: Ya Zuwainab, Ya Zuwainab, berulang kali”. Zuwainab artinya  Zainab kecil. Nabi SAW rela menggendong putrinya sambil shalat. Beliau shalat sambil menggendong Umamah putri Zaenab binti Rasulullah Saw. Pada saat berdiri, beliau menggendongnya dan ketika sujud, beliau meletakkannya.
Kedua, belajar terus. Menjadi orang tua yang baik perlu belajar seperti peran yang lain. Memang tak ada sekolah untuk jadi orang tua. Namun demikian tak menggugurkan kewajiban belajar seorang ayah. Menjadi ayah dalam mendidik anak membutuhkan ilmu, pengalaman, dan pelatihan. Sekarang sudah mulai banyak seminar parenther terkait pendidikan. Ikutilah. Banyak manfaat yang dapat dipetik. Kemudian bacalah buku. Jangan berhenti membaca karena alasan usia. Membaca sangat bermanfaat membekali pengetahuan yang dibutuhkan.
Ketiga, jadilah pendidik yang diteladani. Keluarga sejatinya adalah sekolah pertama dan utama bagi anak. Dalam keluarga, ayah bertindak sebagai kepala sekolah yang bertanggungjawab penuh prihal anak didik mereka. Ibu berperan sebagai guru bagi anak mereka. Sebagai kepala sekolah dalam keluarga, ayah membuat kurikulum yang dibutuhkan oleh anak sesuai  yang diinginkan. Ayah dan ibu harus sinergis. Saling mendukung, saling menopang. Tidak bergerak dan bertindak sendiri-sendiri. Sebagai kepala sekolah dalam keluarga, ayah juga sepantasnya menjadi seorang pendidik yang diteladani baik oleh anak maupun oleh anggota keluarga yang lain.
Keempat, sekolah hanya mitra dalam mendidik.  Sebab itu, tak sepatutnya menyerahkan urusan pendidikan anak sepenuhnya ke sekolah. Tak sedikit dari kita yang mengandalkan sekolah dalam mengantarkan kesuksesan hidup anak. Sebagai mitra, jalinlah komunikasi dengan sekolah. Jangan datang ke sekolah saat ada rapat saja. Kebanyakan dari kita, mau datang ketika diundang oleh pihak sekolah. Itu pun biasanya membahas prihal biaya pendidikan. Soal yang lain, hampir tak pernah. Ini kesalahan dan kebiasaan kita selama ini.  Ke depan wajib diubah.
Walhasil, ayah tak sekedar orang tua biologis bagi anak. Ayah adalah kepala sekolah kehidupan bagi mereka. Ayah merupakan pendidik sejati sekaligus teladan bagi anak-anak. Kehadiran dan sentuhan kasih sayang mereka sangat dibutuhkan. Jangan biarkan anak-anak kita merasa menjadi yatim karena kesibukan kita. Wa Allahu ‘Alam








Korupsi Sulit Diberantas, Kenapa?


          Rakyat Indonesia dikejutkan dengan mencuatnya sejumlah nama besar dalam dakwaan Jaksa  KPK dalam sidang perdana kasus dugaan korupsi mega proyek e-KTP dengan tersangka mantan Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, Irman dan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, Sugiharto di Pengadilan Tipikor, Jakarta.  Mereka berasal dari politisi, birokrat juga pengusaha. Diantara nama yang disebut, ada Ketua DPR RI Setya Novanto, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Mantan Ketua DPR RI Marzuki Ali, Mantan Ketua DPR Ade Komarudin, Anas Urbaningrum dan sederet nama lainnya. Mereka diduga telah menerima uang dari proyek bernila 5,9 triliun  tersebut. Uang negara dijadikan “bacakan” oleh para koruptor secara berjamaah. Program e-KTP pun terbengkalai. Rakyat kembali menjadi tumbal.
          Dalam hitungan KPK, kerugian negara akibat kasus e-KTP mencapai 2,3 triliun lebih. Sungguh luar biasa. Tak bisa dipungkiri, prilaku korupsi  menjadi penyakit kronis bangsa ini. Kehadiran lembaga sekuat KPK belum mampu menghadirkan efek jera bagi koruptor. Nyatanya, korupsi makin merajalela. Korupsi dilakukan secara masif dan sistemik. Korupsi telah menyentuh hampir seluruh lembaga negara. DPR, DPD, Kementerian, Peradilan, MK, Kepolisian dan lainnya. Barangkali, hanya lembaga kepresidenan yang belum terjebak dalam lingkaran setan kasus korupsi. Kenapa korupsi marak dilakukan?
          Menurut hemat saya, ada beberapa hal kenapa korupsi sulit dibrantas.  Pertama, faktor mentalitas. Mental korup telah mendarahdaging bangsa kita. Hal tersebut menandakan kegagalan pendidikan selama ini dalam mencetak generasi beriman yang berakhlak mulia, berintegritas tinggi. Pendidikan belum berhasil mengantarkan manusia Indonesia menjadi pribadi yang jujur dan bertanggungjawab. Pendidikan kita hanya baru mampu menjadikan mereka cerdas, pintar dan trampil. Orang jujur sangat langka di negeri ini. Orang pintar banyak, tapi sayang tak sedikit dari mereka yang “keblinger.”
Apa yang salah dalam sistem pendidikan kita? Pendidikan memang hal sangat penting dalam membangun dan  mengisi kemerdekaan. Sejarah mencatat, setelah dibombardir pasukan sekutu saat perang dunia kedua, Kaisar Jepang mempertanyakan tentang guru. Kaisar sangat yakin membangun kudu dimulai dari pendidikan. Dengan modal pendidikan Jepang dapat mengejar ketertinggalan. Sekarang, Jepang menjadi salah satu negara maju. Maka tak ada pilihan lain, kedepan sistem dan paradigma pendidikan kita wajib direvolusi. Sebenarnya dari waktu ke waktu pendidikan mengalami perubahan. Malahan, perubahan seringkali dilakukan walau kadang terlihat terburu-buru dan asal. Pendidikan kita sekarang sudah mulai diarahkan pada penanaman, penguatan karakter.
          Pendidikan karakter menjadi mutlak dibutuhkan. Pendidikan karakter dipahami sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Menurut Thomas Lickona pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Kemendikbud sendiri telah menetapkan 18 hal sebagai karkter yang wajib ditanamkan dalam mendidik peserta didik. Yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri dan lainnya.
Kemudian, pendidikan jangan lagi terjebak pada nilai oriented. Pendidikan tak boleh lagi berkutat pada pencapaian angka-angka. Menurut Munif Chatib, pendidikan itu sebaiknya berorientasi pada cara memenuhi kebutuhan hidup, menyelesaikan berbagai masalah yang akan dihadapi serta mengarah kepada tujuan profesi sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.  Saya menambahkan satu lagi bahwa pendidikan selayaknya memotivasi peserta didik dalam penanaman karakter atau akhlak mulia dalam bahasa agama. Ini penting, agar siswa tidak hanya dibekali ilmu (knowledg), skil atau ketrampilan, tapi ditanamkan juga karakter yang kuat.
Kedua, korupsi menjadi budaya. Budaya korupsi telah mengakar. Sebab, praktek prilaku korup telah berlangsung dalam waktu cukup lama. Berawal di jaman orde lama, menguat di orde baru sehingga  sekarang kesulitan mencabutnya. Kehadiran KPK di  era reformasi tak otomatis membendung praktek korupsi. Korupsi sudah menyatuh dengan birokrasi dalam pemerintahan secara masif dan sistematis. Mencabut budaya korupsi memang sulit dilakukan. Tapi bisa, asal ada itikad kuat dan komitmen tinggi dari semua elemen masyarakat. Dalam melawan korupsi diperlukan revolusi mental, perlawanan bersama secara berkesinambungan. Semua dari kita tak boleh diam.
Korupsi tak akan hilang jika hanya mengandalkan pemberantasan  oleh KPK. KPK hanya mengupayakan efek jerah bagi pelaku korupsi dan masyarakat umum. Kerja keras KPK sebaiknya dibarengi dengan perlawanan setiap dari kita. Jangan diam melihat praktek korupsi. Tolak jika diajak. Laporkan  ke pihak penegak hukum jika menyaksikan. Saatnya orang jujur bicara, bertindak. Diamnya mereka akan menyuburkan praktek  korupsi.
Ketiga, sistem birokrasi membuka peluang prilaku korupsi. Regulasi dan peraturan perundang-undangan tak sedikit yang membuka cela penyelewengan. Cela itu dimanfaatkan oleh pejabat bermental korup guna memperkaya diri dengan cara ilegal. Sebab itu, setiap regulasi, kebijakan dan peraturan selayaknya tidak membuka cela penyelewengan. Di sini ketelitian dalam mengeluarkan regulasi dan membuat peraturan  dibutuhkan. Hindari dan tutup cela, potensi praktek pungutan liar. Pungli sejatinya tangga pertama menuju tindak pidana korupsi. Kaitan dengan pungli Pemerintah telah membentuk Saber Pungli. Ini kudu didukung oleh masyarakat. Sekali lagi, jangan diam. Mendiamkan penyelewengan sama saja sedang melakukannya.
          Singka kata, korupsi e-KTP bukan satu-satunya kasus mega korupsi yang telah dan sedang ditangani KPK. Sebelumnya sudah ada kasus pembangunan wisma atlet Hambalang, Bank Century dan lainnya. Korupsi telah menggurita. Maka kewajiban kita semua melawannya. Tolak jika diajak. Laporkan jika menyaksikan. Saatnya mengubah serta memperbaiki regulasi dan peraturan perundang-undangan yang berpotensi disalahgunakan. Dan paling penting, menyiapkan generasi Indoenesia yang jujur, berkarakter tinggi. Ini PR bagi para pendidik. Anak didik anda sekarang akan menentukan siapa bangsa Indonesia 10 atau 20 tahun ke depan. Saya yakin upaya penanaman pendidikan karakter yang dilakukan sekarang akan memetik hasil di waktu mendatang. Wa Allahu Alam

Menghadirkan Rasa Aman Anak


            Sebulan terakhir, masyarakat diramaikan dengan pembicaraan soal penculikan anak. Keresahan tak sebatas di media sosial seperti Facebook atau lainnya.  Ketakutan kian menjadi nyata bagi anak-anak juga para orang tua. Dalam obrolan santai, seorang teman mengatakan ada anak diculik di tetangga desanya. Dibawa kabur. Ditemukan dalam keadaan tak utuh. Konon, ada organ tubuhnya yang diambil oleh sang penculik. Ngeri mendengarnya. Teman yang lain menimpali, katanya pelaku penculikan menggunakan berbagai modus. Ada yang berpura-pura menjadi orang gila. Ada yang berprilaku seperti  pengemis. Wah, mengkhawatirkan.
          Ribut-ribut soal penculikan memang bukan hal baru. Sejak kecil saya sudah mendengarnya. Seingat saya, saat isu menjadi ramai anak-anak tak diperkenankan keluar jauh dari rumah oleh orang tua mereka. Tak boleh meninggalkan rumah tanpa didampingi oleh orang dewasa. Berhari-hari anak di dalam rumah. Mereka keluar saat kebutuhan yang tak dapat ditinggalkan seperti sekolah, mengaji. Waktu bermain pun menjadi berkurang. Seiring dengan berjalanya waktu, persoalan penculikan  berualang-ulang muncul tenggelam.
          Apa pemberitaan tentang penculikan benar? Atau hoax belaka? Kalau zaman saya kecil, isu penculikan tak pernah terbukti di lingkungan keluarga. Awalnya, hal tersebut disampaikan ke anak dengan tujuan agar anak tak jauh dari rumah dalam bermain. Sehingga orang tua mudah dalam mengawasi dan mengontrol mereka. Demikian dengan keadaan sekarang,  tak semua pemberitaan soal penculikan anak adalah fakta. Banyak juga yang hanya hoax belaka. Pemberitaan sepertinya terlalu dibesar-besarkan.
          Kaitan dengan ini, Kapolres Subang AKBP Yudhi Sulistianto Wahid menegaskan, bahwa semua informasi yang menyebar di media sosial harus dicek atau diverifikasi dulu kebenarannya janganlah asal percaya dan langsung menyebarkannya. Walaupun berita yang menyebar di media sosial itu ternyata hoax, untuk membuat masyarakat tidak merasa was-was lagi,  Pihak Kepolisian tetap menurunkan personil untuk melakukan monitor ke sejumlah daerah untuk melakukan penelusuran informasi dari masyarakat terkait aksi penculikan yang saat ini meresahkan. (http://www.mediajabar.com/)
          Terlepas benar tidaknya pemberitaan penculikan, rasa aman bagi anak tetap wajib dihadirkan, diupayakan. Kewaspadaan tetap dibutuhkan. Jangan meremehkan persoalan. Sebaliknya, jangan membesar-besarkan masalah yang sebenarnya kecil atau tidak ada. Sebab keduanya (baik membesarkan atau meremehkan) sama-sama memilki resiko negatif bagi anak-anak kita. Meremehkan menyebabkan keteledoran. Keteledoran orang tua berakibat fatal bagi anak mereka. Karena ketidakwaspadaan  pada anak, bisa saja anak terjebak pada kejahatan seperti penculikan, penjambretan atau lainnya. Sebaliknya, membesar-besarkan masalah penculikan secara berlebihan dapat memciptakan rasa takut bagi anak. Hal itu tidak baik bagi perkembangan psikologis anak. Anak menjadi penakut, pengecut. Mereka akan lebih memilih menghindari masalah daripada menghadapinya.
Rasa aman merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan anak. Rasa aman dapat muncul dalam diri anak anak bila orang tua terlibat secara emosional dan responsif mengenai kebutuhan-kebutuhan anak. Setelah itu, barulah anak merasa percaya dan aman. Namun terkadang rasa aman tersebut dapat hilang ketika orang tua tidak mampu mempertahankannya atau mengabaikannya.
Guna menghadirkan rasa aman pada anak, menurut hemat saya,  berikut hal-hal yang dapat dilakukan. Pertama, memberikan perlindungan. Perlindungan dimaknai sebagai proteksi diri dari gangguan yang akan diterima anak. Gangguan bisa bersifat fisik, juga psikis. Maka, sebaiknya anak dibekali dengan pengetahuan tentang keamanan diri. Baik juga memberikan ketrampilan bela diri semisal karate, silat pada mereka. Terkait kejahatan seks, anak diingatkan pada beberapa anggota tubuh yang wajib dijaga, tak boleh disentuh oleh orang lain seperti kemaluan. Mereka juga diajari untuk tak mudah mendekat pada orang yang tak dikenal. Soal menjemput sekolah misalnya, orang tua dapat memberi kode atau PIN. Maka, tak sembarang orang tak dikenal dapat membujuknya pulang. Anak dididik agar tidak mengejek orang lain. Sebab, kebiasan mengejek orang lain selain tak baik juga mengundang ejekan dari yang lain.
Kedua, berilah pengawasan secukupnya. Jangan berlebihan. Beri juga kepercayaan pada anak. Yakinlah bahwa anak kita dapat menjaga dirinya sendiri secara baik. Pengawasan dilakukan tak melulu secara melekat. Dalam melakukan pengawasan, orang tua dapat melibatkan bantuan guru, teman sekolahnya atau pihak lain yang berhubungan dengan anak kita. Baik pula jika orang tua mengenal dan mengetahui siapa teman-teman anaknya. Dengan siapa anak bergaul memberi gambaran bagaimana keamanan anak.
Ketiga, jalin komunikasi dengan anak sepanjang mereka berada di luar rumah. Tanyakan posisinya, keadaanya. Kapan pulang? Perlu dijemput atau tidak? Sedang  mengerkakan apa? Bersama siapa? Dan sederetan  tema lain. Orang tua  sepantasnya mengetahui prihal anak sepanjang hari. Melakukan komunikasi dengan instensif menghadirkan kasih sayang antara anak dan orang tua.  Komunikasi yang baik dengan anak dapat memberikan rasa aman pada mereka. Anak akan  merasa diperhatikan, dijaga oleh orang tuanya.
Keempat, memilih lingkungan anak yang aman. Lingkungan dapat diartikan sebagai tempat dimana anak menghabiskan waktu  seperti sekolah, pergaulan sehari-hari atau lainnya. Bantulah anak  dalam memilih sekolahnya. Memilih teman bermain. Memilih kegiatan setelah sekolah dan lainnya.
Walhasil, ada tidaknya penculikan tak menggugurkan kewajiban orang tua menghadirkan rasa aman pada anak. Maka sepantasnya jika orang tua mengupayakan secara maksimal. Keamanan anak kita sangat berarti dalam perkembangan dan pertumbuhan mereka. Wa Allahu Alam



Selasa, 14 Maret 2017

Makna Lawatan Raja Salman


          Dua minggu belakangan, pemberitaan media dipenuhi dengan hiruk-pikuk membicarakan rencana kedatangan raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz al Saud. Pada 1 Maret lalu, raja kelahiran 31 Desember 1935 itu mendarat di Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Ada beberapa hal yang membuat kedatangan raja penjaga dua kota suci (Mekkah-Madintah) tersebut menjadi heboh. Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud akan berada di Indonesia selama sembilan hari, mulai 1 hingga 9 Maret 2017. Ini adalah kunjungan kepala negara Arab paling bersejarah bagi Indonesia karena kunjungan sebelumnya oleh Raja Faisal terjadi 46 tahun silam.
            Kemudian raja Salman akan membawa rombongan sangat spektakuler dalam sejarah kunjungan kenegaraan pemimpin dunia di Indonesia. Raja membawa rombongan super besar, berkisar 1500 orang.  Membawa 25 pangeran dan 10 menteri. Mereka diangkut dengan tujuh pesawat berkarakter wide body itu terdiri dari dua unit Boeing 777/2, 1 unit Boeing 747/1xp, 1 unit Boeing 7474/3, 1 unit Boeing 747/4, 1 unit Boeing 757, dan 1 unit pesawat Hercules.
            Dalam rencana kunjungan, raja Salman akan berlibur di Bali. Dipilihnya Bali tentu menyedot perhatian publik.  Seorang raja penguasa Haromain akan ke Bali,  tujuan wisata yang di tanah air sering dikesankan negatif oleh sejumlah umat Islam berpandangan cekak, kaum radikal. Selama lima hari rombongan akan menikmati segala keindahan di Bali, yakni tanggal 4 hingga 9 Maret. Sebelumnya (1-3 Maret) rombongan di Jakarta dijadwalkan akan melakukan berbagai pertemuan bilateral antara kedua negara.
          Kehebohan di atas menghadirkan berbagai isu tak berdasar. Beredar kabar, kedatangan Raja Salman terkait Pilkada DKI. Sang raja konon akan menemui Habib Riziq. Terkait isu ini, Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta sempat mengeluarkan bantahan tertulis. Bahwa kedatangan raja Salman merupakan kunjungan balasan atas undangan Presiden Jokowi. Adalagi, angka fantastik 300 milyar dolar AS, jumlah keseluruhan investasi yang akan digelontorkan. Nyatanya, seperti ditegaskan Menteri Sekteraris Kabinet, Pramono Anung Arab Saudi akan berinvestasi hanya 25 Milyar dolar AS.
          Menurut pengamat hubungan internasional Alex Jemadu, lawatan kenegaraan raja Salman kali ini menjadi momen penting baik bagi Arab maupun Indonesia. Di sektor perekonomian, Arab Saudi menilai pertemuan tersebut menjadi momen untuk memperluas kerja sama dengan Indonesia. Dengan kondisi harga minyak yang belum pasti dan menurun saat seperti sekarang, membuat Arab Saudi perlu melakukan diversifikasi ekonomi.  Dan Salah satu negara dengan potensi pasar yang besar dan secara kultural keagamaan sama dengan Arab yaitu Indonesia. Pertumbuhannya juga ketiga tertinggi di dunia. Maka dari  segi ekonomi, Indonesia dilihat penting bagi Arab untuk mengantisipasi turunnya harga minyak. (republika.co.id)
Sementara itu Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Agung menjelaskan bahwa pertemuan antar dua negara  akan membahas beberapa topik. Tiga di antara topik diskusi itu adalah penambahan kuota jemaah haji, peningkatan wisatawan Timur Tengah ke Indonesia, serta perlindungan warga negara Indonesia yang bermukim di Arab. Selain itu, sejumlah kerja sama akan dilakukan, di antaranya investasi Saudi Arabia melalui perusahaan tambang negara Saudi, Aramco, sebesar 6 miliar dolar AS.  Diharapkan, investasi Saudi Arabia secara keseluruhan mencapai 25 miliar dolar AS.
Memaknainya
          Saya sendiri memaknai kunjungan raja Salman sebagai pertama, sebuah kehormatan bagi Indonesia. Pasalnya, raja Salman selama ini jarang melakukan lawatan secara langsung. Sejak dilantik menjadi Raja pada tanggal 23 Januari 2015 pada usia yang ke 79 tahun,  raja Salman baru melalukan 1 kali kunjungan kenegaraan ke negara lain yakni Amerika Serikat, bertemu dengan Barak Obama. Lawatan ke luar negeri biasanya dilakukan oleh orang kepercayaanya seperti para menteri.
          Nampaknya, raja Salman sangat respect  terhadap Presiden Jokowi. Pidato Presiden Jokowi di forum APEC mendapat respon positif dari dunia internasional. Pidato Jokowi pada Pembukaan Konferensi Asia Afrika kembali mendapat applaus dunia internasional karena isinya lugas, tegas dan berani. Saking hebatnya Jokowi, Presiden kita ini masuk dalam daftar 100 tokoh paling berpengaruh di dunia tahun 2015.
          Kedua, menarik investasi dari semua negara, tak membedakan siapa pun. Presiden Jokowi berusaha keras menarik investor ke dalam negeri dengan sangat terbuka. Tak membedakan satu negara dengan negara lain. Selagi saling menguntungkan, Indonesia siap bekerja sama. Indonesia telah melakukan kerja sama dengan Cina, Tiongkok, Iran dan lainnya. Mereka dipandang sama. Indoensia tak membedakan. Hal ini  sekaligus menjawab  berbagai isu miring di dalam negeri.  Misalnya, saat mendekat ke Cina dan Tiongkok ada tuduhan Jokowi cenderung ke Komunis. Mendekat ke Iran, Jokowi dituduh Syiah. Apa sekarang Jokowi akan dituduh Wahabi? Sekali lagi, tidak. Indonesia memandang semua negara sama. Bukankah prinsip politik luar negeri kita adalah bebas aktif? Ke depan isu-isu tak produktif seperti itu tidak boleh ada lagi. Kita kudu fokus ke depan, membangun dengan melakukan kerja sama dengan dunia internasional.
          Ketiga, memerangi radikalisme dan terorisme. Ada anggapan miring, kedatangan raja Salman diartikan sebagai dukungan terhadap radikalisme. Ini jelas salah. Hal tersebut tak mungkin dilakukan. Seandainya dilakukanpun, Indonesia tak akan mendiamkan, berdiam diri.  Justru sebaliknya, Saudi sangat menghargai upaya yang dilakukan oleh Indonesia dalam menangani terorisme dan radikalisme. Saudi mengapresiasi kinerja Densus 88 selama ini.
          Keempat, soal tenaga kerja dan kuota haji. Seperti diketahui, Arab Saudi negara tujuan utama TKI ke negera-negara Timur Tengah.  Tak mustahil, raja Salman akan meminta Indonesia mencabut moratorium pengiriman TKI yang diberlakukan sejak 2011 lalu. Ketika itu dilakukan, Indonesia dapat mengajukan syarat yang diinginkan. Bagaimanapun Arab Saudi sangat membutuhkan TKI. Demikian soal haji,   Indonesia layak mendapat perhatian khusus. Sebab, Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar yang paling banyak mengirim jamaah haji. Kuota haji Indonesia wajib ditambah. Kemudian  pembayaran ganti rugi korban Crane yang belum selesai sepantasnya diselesaikan. Rasanya, aneh jika kerajaan Saudi akan mengumbar kegelamoran di Bali  jika korban Crane belum terbayarkan.
          Akhir kata, kunjungan raja Salman layak diapresiasi. Lawatan kenegaraan tersebut  akan menguntungkan kedua bela pihak. Baik Indoensia maupun Arab Saudi sama-sama membutuhkan. Sepatutnya kedua negara besar muslim ini bersinergi dalam memakmurkan, mensejahterakan bumi. Wa Allahu alam.

Dimuat di Harian Radar Cirebon, Selasa 28 Februari 2017

Sabtu, 11 Maret 2017

Dukung Pemerintah Hadapi Freeport


            Miris mendengarnya, PT Freeport mengancam Pemerintah akan membawa perbedaan atau sengketa yang dihadapi ke pengadilan internasional. Freeport berencana akan mengajukan arbritase jika tak menemukan titik temu dengan Pemerintah terkait tuntutan berakhirnya kontrak karya dan penetapkan status Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) oleh Pemerintah Indonesia. Kedaulatan bangsa dipertaruhkan. Di negeri sendiri, Pemerintah menerima ancaman dan tekanan.
          PT Freeport bersikukuh meminta agar kontrak kerja sama tetap menggunakan Kontrak Karya (KK) yang sudah berlangsung sejak 1991. Alasannya, aturan itu dinilai memberikan kepastian hukum bagi perusahaan untuk investasi jangka panjang di Indonesia. Sementara Pemerintah Indonesia menetapkan status Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) bagi Freeport. IUPK berdasarkan UU Mineral dan Batu Bara tahun 2009 yang kemudian dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017. Isinya, seluruh perusahaan tambang mineral di Indonesia, termasuk Freeport, harus mengubah statusnya menjadi IUPK jika ingin mendapatkan izin ekspor konsentrat. Sebelumnya, Pemerintah melarang ekspor dilakukan karena Freeport belum juga merealisasikan pembangunan smelter yang dijanjikan sejak 2014.
          Dalam PP Nomor 1 Tahun 2017 tersebut juga ditegaskan bahwa perusahaan tambang asing harus melepas 51 persen sahamnya secara bertahap kepada pemerintah dalam jangka waktu 10 tahun. Selain skema pajak yang menggunakan sistem prevailing, soal divestasi saham juga menjadi poin yang ditolak Freeport.
Menanggapi ancaman arbritase, Pemerintah RI berkeras mewajibkan PT Freeport Indonesia mengubah jenis kontraknya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dan membangun smelter dalam lima tahun. Sikap tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan, dan Wakil Ketua DPR, Agus Hermanto, menanggapi pernyataan CEO Freeport McMoran, Richard Ackerson, bahwa pihaknya akan menggugat pemerintah RI ke arbitrase internasional. (http://www.bbc.com)
Kontrak dengan PT Freeport kali pertama ditandatangani pada tahun 1967. Kontrak berlaku selama 30 tahun. Kontrak kedua (perpanjangan) ditandangani  pada 1991. Kontrak juga berlaku 30 tahun yang akan berakhir tahun 2021. Dalam kontrak kedua, konon Persiden Soeharto awalnya menolak. Namun pada tahun itu (1991) Soeharto mendapat tekanan dari dunia internasional lewat peristiwa “Insiden Santa Cruz” di Provinsi Timor-Timur. Insiden  Santa Cruz dijadikan alat untuk menekan Pemerintah Indonesia dengan ancaman bahwa kasus Santa Cruz akan menyeret banyak Perwira TNI ke hadapan Pengadilan HAM Mahkamah Internasional di Den Hag, Belanda. Tekanan ini yang membuat Presiden Soeharto tak berdaya, menandatangani kontra perpanjangan dengan PT Freeport
          Berbekal pengalaman sejarah diatas, sebagai bangsa berdaulat kita semua wajib mendukung langkah Pemerintah menghadapi Freeport. Jangan biarkan kepentingan kapital asing menguras  sumber daya alam negeri ini secara tak adil. Bangsa Indonesia tak boleh berdiam diri melihat, menyaksikan ketidakailan dalam eksplorasi sumber daya mineral di Papua. Tunjukkan bahwa kita bangsa merdeka, berdaulat. Buktikan bahwa Indonesia adalah bangsa besar. Dalam kurun waktu cukup lama, kita merindukan Pemerintahan yang kuat, mandiri, yang tak dapat diintervensi oleh kepentingan bangsa asing. Saatnya, upaya nasionalisasi ekplorasi sumber daya mineral seperti dalam kasus Pt Freeport oleh Pemerintah layak mendapatkan dukungan penuh dari kita, rakyat Indonesia.
          Untuk mendukung langkah Pemerintah terkait PT. Freeport, menurut hemat saya ada beberapa hal yang kudu diperhatikan, diigat selalu, dan diwaspadai. Pertama, jalin persatuan lebih kuat lagi. Persatuan adalah kekuatan utama bangsa Indonesia. Sebab itu, Presiden Jokowi selalu mengingatkan. Jokowi senantiasa membangun kesadaran akan pentingya persatuan dan kesatuan terlebih dalam menghadapi kepentingan asing seperti kasus PT Freeport. Jokowi merangkul semua elemen dan kekuatan bangsa ini. Dan alhamdulillah, sampai hari ini kita semua solid menghadapi PT Freeport. DPR 100% telah mendukung langkah pemerintah. TNI, Polri bersatupadu mengamankan NKRI. Ormas keagamaan seperti NU, Muhammadiyah juga telah menyatakan dukungan terkait sengketa dengan PT Freeport. Semangat persatuan dan kesatuan pada level atas harus dibumikan ke dalam kehidupan masyarakat sampai ke level paling bawah. Saya yakin, jika kita bersatu,  musuh siapapun dia akan berpikir ulang mengusik kedaulatan NKRI.
Kedua, mewaspadai adu domba. PT Freeport kata lainnya adalah Amerika Serikat (AS). AS tak mungkin diam ketika kepentingannya terusik. Banyak contoh terkait hal itu. Dalam bereaksi Amerika biasanya menggunakan dua cara yakni embargo dan adu domba. Iran misalnya, adalah negara yang bertahun-tahun diembargo secara ekonomi. Negeri Kaum Mulah tersebut berhadapan dengan AS pasca revolusi tahun 1979 di bawah kepemimpinan Imam Khumaini. Setelah Syah Pahlevi tumbang, kepentingan AS tak aman lagi. Mereka pun mengembargo bangsa Persia tersebut hingga sekarang. Kemudian cara lain adalah mengadu domba kekuatan bangsa. Sebaiknya kita semua mewaspadai. Para politisi, ulama, tokoh nasional dan semua elemen bangsa ini  sebaiknya berhati-hati. Jangan pernah mau dijadikan alat untuk kepentingan mereka. Jangan mau diadudomba.
Ketiga, tentang intoleransi. Diantara cara paling efektif mengadu domba bangsa berpenduduk mayoritas Islam seperti Indonesia adalah dengan menghadirkan intoleransi. Indonesia harus belajar dari pengalaman negara-negara di Timur Tengah. Ada Syuriah, Yaman dan Iraq, hancur lebur dalam perang saudara berkepanjangan karena intolerasni. Dan di sana AS terlibat dan melibatkan diri. Di Syuriah misalnya, ISIS dipersenjati melalui kaki tanganya yakni negara-negara sekutu AS semisal Saudi.  Sebab itu, Ketua Umum PB NU, KH Said Aqil Siradj seringkali mengingatkan, Indonesa jangan mau di-syuriahkan. Tindakan intoleransi diwaspadai sebagai cara mengadu-domba kita semua.
Keempat, isu sensitif seperti soal PKI, keturunan Cina, juga Sunni-Syiah. Hal-hal seperti itu berpotensi besar digunakan guna memecah belah NKRI. Karenanya, masyarakat diminta jangan mudah terpancing. Jangan terjebak pada jebakan betman. Kita harus cerdas membaca keadaan dan zaman.
Kelima, menyiapkan SDM Indonesia yang handal. Kedepan, hal tersebut wajib dilakukan lebih baik lagi. Potensi alam yang dimiliki tak boleh lagi pengelolaannya dikuasai oleh asing karena keterbatasan SDM kita. Generasi muda harus belajar terus, mengembangkan kualitas dan  SDM.
Akhir kata, Indonesia adalah negara berdaulat. Tak sepantasnya diintervensi, ditekan oleh siapa pun. Kita semua diminta segera merapatkan barisan. Bersatu melawan setiap upaya penjajahan. Pemerintah berhak didukung dalam hadapi arogansi kekuatan kapital asing. Junjung harkat dan martabat bangsa dan negara. Indonesia pasti jaya. Wa Allhu alam