Rabu, 08 Juni 2016

Apa Salah Google dan YouTube?


Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) meminta pemerintah memblokir layanan mesin pencari Google dan YouTube. ICMI beralasan, kedua layanan tersebut menjadi lahan penyebaran konten pornografi dan kekerasan. Lebih jauh, organisasi cendekiawan yang pernah jaya di akhir era orde baru  itu menyebutkan bahwa rata-rata pelaku kekerasan seksual memakai Google dan YouTube sebagai alat pencari inspirasi. Inspirasi yang dimaksud berupa konten porno dan rangsangan seksual.
Permintaan pemblokiran Google dan YouTube oleh ICMI ini diperkuat oleh kondisi belakangan ini. Hampir semua pelaku pornografi dan kejahatan seksual mengaku mendapatkan rangsangan dan inspirasi dari tayangan porno yang bersumber dari mesin pencari Google dan YouTube yang mudah diakses, baik melalui komputer maupun telepon genggam. Goegle dan YoutTube dianggap sebagai penyebab tindak kekerasan dan aksi pornografi di tanah air.

Sekretaris Jendral ICMI, Jafar Hafsa menegaskan, Google dan YouTube  secara bebas telah menebarkan konten-konten pornografi dan kekerasan tanpa kontrol sedikitpun. Google dan Youtube telah memberikan dampak negatif bagi Indonesia, jika mereka tidak dapat mengontrol situs-situs yang mereka unggah untuk masyarakat.

Jafar menjelaskan lebih lanjut, beberapa waktu lalu Google dan Youtube berhasil memblokir, menghapus, dan menekan berita dan video radikalisme, mengapa pada saat ini Google dan Youtube enggan untuk menghapus konten-konten mereka yang berbau pornografi dan kekerasan. Jika Youtube dan Google menolak untuk mengontrol situs merek maka situs mereka layak untuk di blokir. Jutaan konten pornografi dan kekerasan ada di situs tersebut. (http://www.icmi.or.id/)

Terkait dengan usulan tersebut, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Ismail Cawidu menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi yang menjamin kebebasan mendapatkan informasi. Karena itu pemblokiran situs, seperti diminta ICMI, tidak dapat dilakukan. Sebagai negara demokrasi, Indonesia tidak mungkin memblokir situsnya. UUD 1945 Pasal 28 F kan menjamin kebebasan orang untuk mencari informasi. (http://tekno.kompas.com/)

Permintaan ICMI di atas mengejutkan banyak pihak. Sebab, usulan atau saran tersebut terkesan sangat emosional. Padahal, ICMI adalah organisasi tempat para cerdik cendikia berserikat. Dalam ICMI banyak pemikir, ilmuwan, juga agamawan. Organisasi yang di akhir era orde baru menjadi mesin pemikiran bagi pemerintah itu tak sepantasnya mengemukakan pemikiran seperti itu. Pemikiran tentang pemblokiran  Youtube dan Google sangat tidak cerdas. Terkesan kekanak-kanakan.

Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia disingkat ICMI adalah sebuah organisasi cendekiawan muslim di Indonesia yang dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990 di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di Kota Malang tanggal 6-8 Desember 1990.

ICMI didirikan dengan harapan menjadi salah satu institusi yang memperkuat interaksi Islam sebagai kekuatan politik dengan birokrasi dan pembuat keputusan. Dari proses interaksi ini, diharapkan keluar kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berguna bagi pembangunan kesejahteraan umat dan peningkatan kualitas manusia serta pengembangan bidang spiritual.

Misi penting ICMI seperti  yang ditegaskan oleh Gumoto Saparie, fungsionaris ICM Jateng adalah menghimpun partisipasi umat Islam dan meningkatkan partisipasi tersebut. Kurangnya partisipasi umat Islam sebenarnya lebih banyak disebabkan karena kualitas sumber daya manusia katimbang hambatan doktriner yang bersumber pada pandangan teologis. Karena itu, tujuan himpunan ICMI difokuskan pada kualitas manusia yang disimbolkan dengan huruf “K”. Dengan kata lain, tujuan ICMI adalah pencapaian 5K atau lima kualitas manusia, kualitas iman, kualitas pikir, kualitas kerja, kualitas karya, dan kualitas hidup. (http://www.koranmuria.com/)

ICMI pada awal kelahiranya bak meteor yang langsung melejit di langit politk Indonesia. ICMI yang dimotori oleh tokoh nasional sekelas B.J Habibi, M. Dawam Raharja, Malik Fajar, Emil Salim dan lainnya kini nyaris hilang. Peranya yang aktif dan menonjol di era 90 an seperti lenyap ditelan oleh zaman. ICMI nyaris tak terdengar, terlihat lagi  peran dan sumbangsi pemikirannya bagi bangsa ini.

Dalam keadaan seperti itu, sekarang ICMI mengusulkan pemikiran yang aneh dan emosional. Ada apa dengan ICMI sebenarnya? Apa ini bagian dari strategi sebagai upaya mengibarkan kembali bendera ICMI di pentas nasional? Atau semisal orang tidur yang sedang mengigau? Bukankah ICMI dalam tidur panjang?

Deretan tanya itu menggelantung  dipikiran setiap kita. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menggambarkan sebuah keterkejutan publik. Khalayak ramai merasa ada yang hilang dari ICMI. Yaitu kecerdasan pikir ICMI dalam setiap sumbangsinya kepada bangsa dan negara yang dikenal selama ini. ICMI sekarang tidak seperti ICMI yang dulu lagi.

Kenapa disalahkan?

          Usulan pemlokiran  Google dan YouTube, menurut hemat saya aneh. Berikut ini saya sebutkan alasanya. Pertama, bertentangan dengan logika atau akal sehat. Untuk memudahkan, saya menguraikannya dengan cerita. Berdasarkan pengalaman tempo dulu, para perampok selalu menggunakan golok dalam aksi kejahatanya. Golok telah digunakan untuk mengakhiri hidup sekian banyak orang tak berdosa. Masyarakat menjadi cemas, dihantui rasa takut. Kemudian raja memgambil kebijakan untuk menyita dan merampas semua golok yang dimiliki rakyatnya. Apa kebijakan ini masuk akal? Apa salah golok?

          Google adalah sebuah perusahaan multi nasional Amerika Serikat yang berkekhususan pada jasa dan produk Internet. Produk-produk tersebut meliputi teknologi pencarian, komputasi web, perangkat lunak, dan periklanan daring. Sebagian besar labanya berasal dari AdWords. Sedangakan YouTube adalah sebuah situs web berbagi video yang dibuat oleh tiga mantan karyawan PayPal pada Februari 2005. Situs ini memungkinkan pengguna mengunggah, menonton, dan berbagi video.[4] Perusahaan ini berkantor pusat di San Bruno, California, dan memakai teknologi Adobe Flash Video dan HTML5 untuk menampilkan berbagai macam konten video buatan pengguna, termasuk klip film, klip TV, dan video musik. Selain itu ada pula konten amatir seperti blog video, video orisinal pendek, dan video pendidikan. (https://id.wikipedia.org)

Google dan YouTube ibarat golok. Keduanya hanya alat atau fasilitas. Keduanya, seperti golok yang bebas nilai. Baik Google maupun YouTube bisa digunakan untuk kebaikan juga kejahatan. Artinya, sebagai alat keduanya hanya membantu, memudahkan manusia.  Jelas tak masuk akal, jika kita menyalahkan keduanya gara-gara banyak kejahatan yang dilakukan oleh manusia dengan menggunakan keduanya. Kejahatan seksual atau pornografi itu akibat adanya perbedaan jenis kelamin. Apa mungkin kita menyalahkan Tuhan karena menciptakan manusia berbeda jenis kelamin? Pornografi juga ada karena secara biologis ada dorong seks dalam diri manusia, apa logis bila kita mengusulkan pada Tuhan untuk menghilangkan kebutuhan biologis itu?

Kedua, pemikiran tersebut menunjukkan ketidakberdayaan mencari solusi. Usulan tersebut terkesan asal.  Sebab permasalahan utamanya bukan pada Google atau YouTube. Permasalahan ada pada kita semua, manusia. Kita yang kudu dibina, disalahkan. Bukankah apa yang ada di Google dan YouTube juga diunggah oleh kita semua? Bisa jadi usulan itu muncul akibat kebuntuhan mencari solusi dalam megurangi tindak kekerasan seksual dan pornoaksi.

Ketiga, dipandang sebagai usulan yang emosional. Yaitu pemikiran yang mengandalkan emosi semata akibat semakin tingginya angka kejahatan dalam pornografi dalam masyarakat.

ICMI sebenarnya sangat dirindukan oleh masyarakat. Bangsa ini menanti pemikiran cerdas, kreatif, inovatif, yang memberi solusi untuk negeri. Tapi tentu bukan asal solusi. Solusi yang rasional, terukur yang diharapkan dari ICMI. Usulan pemblokiran Google dan YouTube sangat disayangkan. Bukankah dari keduanya masyarakat merasakan berbagai macam kemudahan hidup di era digital ini? Bukankah keduanya menjadi sumber berbagai informasi yang dibutuhkan oleh manusia? Namun demikian, kita layak menghargai. Karena bagaimanapun, itu semua menujukkan kepedulian ICMI terhadap kemerosotan akhlak dan moral bangsa. Wa Allahu Alam




Apa Anda Puasa Hari Ini?


          Mengawali tulisan, saya akan menceritakan satu riwayat. Dalam sebuah kesempatan di sore Ramadhan, Rasulullah SAW mengelilingi kota Madinah. Beliau berjalan di perkampungan pinggir kota. Rasulullah ingin memantau, melihat secara langsung kehidupan masyarakat yang dipimpinya.
          Sampailah Rasulullah SAW di depan sebuah rumah. Rasulullah SAW memperhatikan seorang wanita dari jauh. Wanita, penghuni rumah tersebut terlihat sedang marah besar. Dia memaki, mengumpat seseorang. Penasaran, Rasulullah SAW pun mendekat. Diamati sang wanita itu lebih sekama lagi.
          Ternyata, wanita itu sedang mencaci maki pembantunya. Rasulullah SAW terkejut melihatnya. Rasulullah SAW berbalik badan, kembali ke rumahnya. Sampai rumah, Rasulullah langsung mengambil apa yang dibutuhkannya. Beliau pun kembali menuju kediaman wanita yang sedang melampiaskan amarahnya tersebut.
          Wahai ibu, ini saya bawakan makanan. Makanlah! Rasulullah SAW menyapa. Wanita itu kaget. Selama ini ia tak memperhatikan kehadiran sang Rasul. Saya berpuasa, jawabnya. Benar Anda berpuasa? Ya,  wahai utusan Allah. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, betapa sedikit orang yang berpuasa hari ini. Sungguh banyak sekali orang yang hanya merasakan lapar dan dahaga.
          Hadist di atas, menjelaskan bahwa berpuasa itu tidak cukup hanya menahan lapar dan dahaga. Puasa tidak berarti tidak boleh makan di siang hari. Tapi, makanlah sebanyak dan sepuasnya pada malam hari. Sekali lagi, tidak demikian. Itu pemahaman keliru. Kemudian bagaimana puasa yang benar itu?
          Dalam Al Quran, kata puasa dengan berbagai derivasinya disebut sebanyak 13 kali. Tapi kata shaum hanya disebut satu kali. Shaum berbeda dengan shiam. Shiam merujuk pada pada pemahaman puasa yang lazim dipahami khalayak. Shiam adalah puasa seperti yang kita lakukan. Sedangkan shaum lebih dekat pada pemahman tarekat atau hakekat puasa.
          Jalaluddin Rakhmat (2001) mengatakan  satu-satunya kata shaum dalam Al quran berkaitan dengan kisah Maryam, ibunda nabi Isa as. Allah SWT berfirman, “Maka makan, minum dan tenangkan hatimu. Jika kamu berjumpa dengan manusia, katakan saja: “Aku berjanji  kepada Tuhan Yang Maha Kasih  untuk mrlakukan shaum. Aku tidak akan berbicara kepada seorang manusia pun  pada hari ini” (Q.S. Maryam:26)
          Makna shaum dalam ayat di atas menjelaskan, ada cara puasa yang lain selain menahan lapar dan dahaga. Berikut cara puasa tersebut. Pertama, puasa berbicara sesperti kisah ibunda nabi Isa, Maryam. Maryam diperintahkan Allah SWT berpuasa untuk tidak berbicara. Maryam berdiam diri ketika ditanya prihal bayi yang dilahirkannya. Sehingga sang bayi yang menjawab berbagai tuduhan dan fitnah tersebut.
          Puasa berbicara adalah menahan lidah untuk tidak berdusta, menggunjing, menghina orang lain,  mencaci maki, menghujat, mengeluarkan kata kotor dan lainnya. Dalam berpuasa bicara kita hanya diperbolehkan mengatakan yang benar, seperlunya dan yang bermanfaat. Puasa bicara berarti banyak mendengar. Dalam ungkapan, diam itu emas. Sebab,  diam itu berarti banyak mendengar. Dan itu menjadi manfaat terbesar puasa bicara. Dengan mendengar, berbagai informasi bisa diterima. Diam melahirkan kejernihan berpikir sehingga selamat dari kesesatan.
          Manfaat lainya ialah terselamatkanya orang lain dari gangguan lisan kita. Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW bersabda, orang Islam adalah orang yang orang lain terselamatkan dari gangguan lidah dan tangannya. Banyak diam memperkecil kemungkinan mengganggu yang lain dengan lidah kita.
          Kedua, puasa mendengarkan. Maksudnya mendengarkan hal yang dilarang oleh agama seperti fitnah, hasud, gosip, isu, gunjingan dan lainnya. Selama berpuasa telinga kudu dijaga. Dengarkan apa yang bermanfaat. Tutup telinga pada hal yang tak bermanfaat apalagi mendatangkan mudharat. Saat berpuasa, pendengaran diminta selektif memilih pembicaraan.
          Dalam kajian  Psikologi, terlalu banyak mendengar akan mengakibatkan oveload  pada chanel. Bila otak harus mengolah informasi yang berlebihan, ia akan mengalami gangguan mental. Sistem pengelolaan informasi seorang  akan kolaps. Dia akan kelelahan baik secara fisik maupun mental. Dia tak sanggup memberi makna berbagai peristiwa. Orang tersebut akan tersiksa.
          Karena tekanan memberi makna, seseorang menjadi muda tersinggung, pemarah, agresif. Sebab itu, di era modern seperti sekarang penyembuhan stres dapat dilakukan dengan menghindari  televisi, radio, atau media lainnya.
          Puasa mendengarkan akan mengantarkan pada ketenangan hati dan kesejukan jiwa. Maka dengarkan saja ayat-ayat Quran, sabda nabi Muhamad SAW, nasehat ulama atau pembicaraan orang baik. Dalam Al Quran Allah SWT berfirman, “Gembiralah hamba-hamba-Ku yang mendengarkan pembicaraan (yang bagus) dan hanya mengikuti yang paling bagusnya saja. Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk Allah dan mereka itulah orang-orang bijak. (Q.S Al Zumar:17-18)
          Ketiga, puasa melihat. Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk menundukan pandangan dan menjaga kehormatan.(QS. Al Nuur:30). Dan Nabi Muhammad SAW telah bersabda, barang siapa yang memelihara pandangannya, ia akan merasakan lezatya keimanan dalam hati.
          Puasa meihat tidak sekadar melihat hal yang tak boleh dilihat, tapi tidak melihat hal-hal yang tak perlu. Lebih jauh mengurangi melihat apa saja yang sebenarnya boleh dilihat. Tidak ada salahnya melihat-lihat pusat perbelanjaan seperti mall atau lainnya. Tapi ingat, terlalu banyak melihat akan menimbulkan keinginan-keinginan yang tidak semua dapat terpenuhi.
Para psikolog mengukur kekecewaan dengan cara membandinghkan antara want dan get  yaitu antara keinginan dengan yang diperoleh. Bila keinginan lebih banyak dari yang diperoleh, hal tersebut akan mendatangkan kekecewaan. Makin banyak keinginan, makin tinggi kemungkinan mengalami stres dan frustasi. Sebagian besar sumber keinginan adalah berasal dari apa yang dilihat. Sungguh, jika di bulan Ramadhan ini lebih sering menundukkan dan menjaga pandangan dan penglihatan kita akan memperoleh kebahagian, ketenangan bathin dalam beribadah.
Sekarang harus disadari, puasa itu ibadah  multi dimensi. Kaya makna dan arti. Puasa tak cukup sekadar menahan lapar dan dahaga di siang hari. Menurut Syeikh Al Agazali, puasa seperti itu adalah puasa terendah derazatnya. Yaitu puasanya orang awam. Puasa yang paling kecil nilainya.
Maka tak ada alasan bagi kita untuk tidak mengevaluasi dan memperbaiki puasa yang dilakukan. Masih banyak kesempatan. Di awal Ramadhan seperti sekarang sepantasnya membulatkan tekad untuk berpuasa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Bila itu dilakukan, anda akan bisa menjawab pertanyaan judul tulisan di atas dengan yakin dan mantap. Semoga. Wa Allahu Alam

        





Menggali Nilai Edukatif Puasa


          Secara umum, puasa didefinisikan oleh ulama Fiqhi sebagai menahan diri dari semua hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Kewajiban puasa berdasarkan firman Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa seperti telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S Al Baqarah:183)
          Tujuan akhir puasa seperti tersurat dalam ayat di atas adalah membentuk manusia yang  bertakwa. Takwa menjadi tujuan utama dalam berpuasa. Tujuan puasa tersebut  merupakan bagian dari  tujuan pendidikan nasional. Dalam pendidikan nasional, takwa menjadi salah satu tujuan yang ingin dibentuk dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003   tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
          Menurut berbagai literatur Islam, takwa diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh  dalam melaksanakan, menaati  semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya. Manusia bertakwa adalah contoh manusia sempurna, insan kamil. Dalam kajian filsafat pendidikan, insan kamil  atau manusia sempurna merupakan tujuan akhir pendidikan. Sebab, pendidikan senyatanya adalah upaya atau proses memanusiakan manusia.
          Selama satu bulan, kita umat Islam mengikuti pendidikan dan latihan berdasarkan kurikulum dari Allah SWT melalui ibadah puasa. Karena itu, bulan puasa disebut juga sebagai madrasah ruhaniyah yaitu sekolah pengembangan spritual. Dalam berpuasa, Allah SWT mendidik, melatih kita semua agar menjadi manusia bertakwa.
          Menurut Imam al Gazali, puasa itu terdiri dari tiga tingkatan atau kelas. Tingkatan atau kelas tersebut akan menentukan hasil berpuasa setiap dari kita. Kelas terendah disebut shaumul awam, puasanya masyarakat umum (orang awam). Mereka hanya menahan lapar dan dahaga. Mereka hanya tidak makan dan tidak minum pada siang hari. Mereka menggantinya makan sepuas-puasnya di malam hari. Orang awam hanya memindahkan jam makan-minum.
          Kelas menengah disebut oleh al Gazali sebagai shaumul khoash, puasanya orang pilihan. Mereka tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tidak makan dan tidak minum selama siang hari. Selain itu, mereka berusaha meninggalkan segala perbuatan dosa. Tangan, kaki, mulut, mata, telinga serta seluruh anggota tubuh diupayakan tidak digunakan untuk bermaksiat kepada Allah SWT. Ini merupakan arti  imsak, menahan diri dalam ibadah puasa.
          Kelas tinggi dalam istilah al Gazali disebut shaumul khoashul khoash, puasanya orang super pilihan. Mereka tidak saja menahan lapar dan dahaga. Tidak sebatas menahan anggota tubuh untuk tidak bermaksiat. Lebih dari itu, mereka menjaga hati, perasaan, pikiran dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Mereka menjaga hati dari hasud, iri, prasangka buruk, riya’, dengki dan penyakit hati lainnya.
Nilai Edukatif
Dalam kewajiban puasa terkandung banyak nilai. Diantaranya adalah nilai edukatif. Yakni nilai-nilai yang ada dalan kewajiban berpuasa yang bersifat mendidik.  Nilai-nilai itu, pertama, kedisiplinan. Puasa melatih hidup disiplin. Penerapan disiplin dalam puasa tercermin dalam pengaturan pola makan selama berpuasa. Puasa mengajarkan ketepatan dan keteraturan waktu. Baik imsak maupun takjil memiliki pelajaran penting bila diamati dan dihayati lebih jauh. Imsak artinya saat mulai menahan diri dari makan dan minum. Kita tak boleh melanggar sedikit pun. Bila dilanggar puasa akan batal. Saat imsak tiba makan minum harus berhenti. Demikian juga takjil. Takjil adalah menyegerakan berbuka saat datang waktu maghrib.
Baik imsak ataupun takjil melatih orang tepat waktu. Waktu merupakan sesuatu yang penting dalam hidup seseorang. Waktu seyogyanya mendapat perhatian khusus. Menjadi aneh, jika dalam Ramadhan hidup kita  tidak teratur. Tidur larut malam. Bangun menjadi kesiangan. Bahkan sebagian dari kita menghabiskan siang hari  untuk tidur saja. Juga malas bekerja.
Kedua, kejujuran. Dalam berpuasa, kejujuran seorang muslim diuji. Ia dapat  mengaku berpuasa kepada siapa saja walau sesungguhnya tidak berpuasa. Karena hanya Allah SWT yang mengetahui apakah berpuasa atau tidak. Kapan pun, dimana pun seorang bisa berdusta terkait puasanya.  Hal ini menjadi latihan kejujuran yang nyata. Dalam kehidupan sosial masyarakat Islam, kejujuran   tentang hal itu akan teruji sepanjang bulan Ramadhan.
Ketiga, merangsang rasa simpati dan empati. Smpati merupakan proses ketika seorang merasa tertarik kepada orang lain. Merasakan apa yang dirasakan, dialami, diderita oleh orang tersebut.  Sedangkan empati adalah respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain.
Berpuasa dengan menahan lapar dan dahaga sepanjang hari selama satu bulan melatih pribadi muslim untuk senantiasa peduli dengan penderitaan sesama manusia. Puasa menghadirkan kepedulian sosial. Puasa mengasa ketajaman jiwa sosial seseorang. Dengan puasa diharapkan jiwa sosial kita lebih tajam. Sehingga kita menjadi lebih responsif terhadap apa yang menimpa orang lain.
Keempat, hidup sederhana. Berpuasa makan hanya dua kali yaitu ketika sahur dan berbuka. Berbeda dengan hari biasanya, berpuasa mendidik  hidup lebih hemat dan sederhana. Berpuasa itu sejatinya bukan memindahkan waktu makan dari siang ke malam hari.  Harusnya, selama berpuasa pengeluaran kebutuhan sehari-hari lebih sedikit. 
Tapi, faktanya bulan puasa adalah bulan termahal dalam hitungan keuangan keluarga masyarakat Indonesia. Ini tak selaras dengan semangat latihan hidup hemat nan  sederhana dalam kewajiban berpuasa. Biaya hidup di bulan suci ini lebih besar. Kenapa? Karena ternyata dalam berpuasa konsumsi kita dalam segala hal justru meningkat. Tak heran, harga sembako juga lainnya mengalami kenaikan tajam sebab tingginya permintaan.
Kelima, mendidik sabar. Betapapun rasa haus mencekik tenggorokkan dan lapar melilit perut, ketika waktu  magrib belum tiba, kita tidak diperbolehkan bersentuhan dengan makan dan minuman. Meskipun itu halal,  kita  harus bersabar menunggu hingga waktu berbuka tiba...Satu bulan berpuasa seperti itu kudu membekas dalam diri kita. Sehingga setelah berpuasa kesabaran diri jadi meningkat.
Akhir kata, puasa sebagai ibadah ritual tahunan sungguh kaya makna, nilai dan arti. Dari berpuasa dapat digali nilai-nilai pendidikan. Berpuasa diharapkan meningkatkan disiplin, membentuk pribadi jujur, hidup sederhana, jiwa sosial yang kuat, pribadi sabar, serta membangun kepedulian sosial yang tinggi. Nilai-nilai tersebut bila tertanam kuat akan melahirkan manusia yang bertakwa. Puasa akhirnya lebih bermakna. Tidak sebatas merasa lapar serta dahaga saja. Wa Allahu Alam.