Senin, 02 Maret 2015

RIBUT-RIBUT SOAL BEGAL



Teman saya bercerita ia sedih melihat sebuah berita di sebuah TV swasta. Prihalnya kampung kelahiran dimana ia dibesarkan dan tinggali sampai sekaarang disebut sebagai kampung begal. Padahal menurut teman saya penduduknya secara umum adalah kaum agamis (baca santri). Ukuranya bisa dilihat, masyarakatnya sehari-hari mengenakan sarung (lelaki) dan berbusana muslimah (bagi wanitanya). Karena sebagian besar mereka adalah alumni pesantren. Bahkan dulu di kampung itu juga didirikan beberapa pesantren.Tapi akhir-akhir ini, katanya memang banyak warganya yang berprofesi sebagai maling motor dan  mobil.
          Dalam sebuah operasi gabungan, polda Jabar menyisir kampung itu dengan mencari beberapa orang yang menjadi target operasi. Aparat pun menyisir setiap motor bodong yang ada di kampung itu. Yaitu motor yang tidak memiliki surat-surat kendaraan. Motor-motor itu diduga kuat sebagai motor-motor curian. Demikian teman saya  menceritakan.
          Akhir-akhir ini memang masyarakat kita lagi diributkan tentang begal yang berkeliaran di mana-mana. Isu begal ini menjadi isu nasional saat ini. Beberapa kasus, begal dibakar ramai-ramai oleh massa. Ada dugaan isu ini sengaja dihembuskan untuk mengalihkan isu-isu besar politik di tanah air seperti perseteruan KPK-Polri, kriminalisasi pimpinan KPK yang sebenarnya belum berakhir. Entahlah, nyatanya perampokan, pencabretan, pencurian motor dan mobil sejak lama menghantui kita semua.
          Seorang teman di media sosial mengatakan ngapain ngeributin begal motor. Tuh begal sejatinya sedang duel dengan pak Ahok di DKI. Rupanya ia sedang menyindir anggota DPRD DKI yang mengusulkan hak angket ke gubernur. Sebaliknya gubernur melaporkan mereka ke KPK soal penyimpangan dana dalam penyusunan rencana anggaran daerah. Konon angka yang dipersoalkan berkisar 12 triliyun. Luar biasa bukan angka kecil. Jauh lebih besar, berlipat-lipat dari nilai kerugian kejahatan begal.
          Musisi Iwan Fals beberapa waktu lalu memprihatinkan penegakan hukum di tanah air. Terakhir dia menyindir, kenapa begal bisa dibakar hidup-hidup di negeri ini semantara para koruptor disambut dengan karpet merah. Mereka (para tersangka) bahkan bisa mengajukan praperadilan untuk membatalkan status tersangkanya sementara begal-begal tak dapat berbuat apa-apa saat massa secara membabi buta mengambil nyawanya.
          Dalam kamus Indonesia, begal itu diartikan sebagai perbuatan merampas milik orang lain di jalan. Padanan katanya adalah penyamun. Hanya penyamun biasa digunakan untuk perampokan yang terjadi di laut. Beda dengan pencuri, begal memaksa korbanya untuk menyerahkan harta benda yang diinginkan.
Begal, Penyebabnya?
          Keberadaan begal tentu tidak tanpa sebab. Tak arif bila kita hanya bisa menyalahkan dan meresahkan perbuatan mereka. Nah, kira-kira apa latar belakangnya? Apa yang mendorong seseorang melakukan perbuatan sadis seperti membegal?
          Kriminolog biasa menyebut sumber kejahatan seperti pembegalan atau sejenisnya adalah kemiskinan. Kemiskinan mendorong seseorang melakukan perbuatan menyimpang di tengah masyarakat. Mengenai kemiskinan saya teringat sanda Rasulullah SAW, hampir saja kemiskinan itu menjerumuskan kepada kekafiran. Sedemikian jauh Rasulullah SAW menganalisa dampak dari kemiskinan. Apalagi bila kemiskinan itu dibarengi dengan kesenjangan sosial yang sangat tinggi dalam masyarakat.     
          Kemisikinan merupakan masalah yang sampai hari ini belum terselesaikan oleh kita semua. Berdasarkan data Badan Pusat  Statistik, angka kemiskinan di Indonesi (per-September 2014) adalah 10,96 %. Angka yang masih cukup tinggi. Ini menjadi PR pemerintah secara khusus dan kita semua tentunya. Kemiskinan sendiri disebabkan oleh banyak faktor. Para ahli menyebutkan banya sekalli. Berikut diantaranya.
1.Tingkat pendidikan yang rendah
          Pendidikan menentukan sumber daya manusia. Pendidikan yang memadai mengantarkan seseorang memiliki ketrampilan, wawasan cukup, penguasaan teknologi yang semuanya dapat membantu dalam memperbaiki taraf hidup. Di sektor pendidikan, pemerintah telah mengupayakan banyak hal. Dari sekolah gratis, dana bos yang selalu naik, sertifikasi guru, bantuan siswa miskin dan lainnya. Untuk itu semua pemerintah telah menganggarkan 20% lebih.
2.Sempitnya lapangan kerja
          Jumlah penduduk yang selalu bertambah dari tahun ke tahun telah  mempersempit lapangan kerja. Disamping pertumbuhan lapangan kerja yang tidak seimbang dengan  laju pertumbuhan penduduk. Pemerintah didorong untuk memperbanyak lapangan kerja dengan mendatangkan investasi sebanyak mungkin.
3. Rendahnya Etos kerja
          Etos kerja masyarakat kita terbilang rendah dibanding bangsa-bangsa maju. Kita cenderung pemalas. Saatnya kita semua membangun semangat, meningkatkan budaya kerja keras di lingkungan kerja kita.
4.Kesenjanga pembangunan
          Hal itu bisa dilihat dari perbedaan taraf hidup antara pedesaan dengan perkotaan, antara satu propinsi dengan propinsi lain, antara jawa dan luar jawa. Ini tuga berat pemerintah agar dapat membagi kue pembangunan secara adil dan merata.
          Dan mungkin masih banyak penyebab lainnya. Dari sebab diatas melahirkan pengangguran. Pengangguran melahirkan kemiskinan. Kemiskinan melahirkan kejahatan termasuk begal. Harapan saya, kita tidak berhenti meributkan begal tanpa mencari solusinya ke depan. Yuk kita ributkan (baca:bahas, kaji, aksi), mencari jalan keluarnya mengurangi kejahatan termasuk pembegalan. Wa Allahu ‘alam
         
         

         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar