Senin, 28 November 2016

Jaket Jokowi Menjadi Ice Breaker


            Presiden Jokowi memang selalau berbeda. Menarik. Ada saja yang menarik perhatian publik. Di tengah permasalahan dugaan penistaan agama oleh Gubernur non aktif Jakart Basuki Tjahja Purnama (Ahok) yang diperdebatkan, Jokowi mencuri perhatian publik dengan caranya yang khas. Dengan itu Jokowi berhasil meredam kepenatan publik mengikuti pemberitaan kasus Ahok.
Berawal dari penampilan yang tak biasa.  Seperti diketahui saat Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers pada Sabtu subuh, 5 November 2016 lalu untuk mengumumkan hasil rapat terbatas menyusul demo 4 November 2016. Jokowi yang biasa terlihat mengenakan kemeja putih untuk penampilan kenegaraannya muncul di hadapan pers dengan  jaket Model bomber berwarna hijau militer.
Tak heran jika banyak pihak menilai penampilan mantan Wali Kota Solo tersebut lebih menarik dan kekinian saat mengenakan jaket tersebut. Media sosial Indonesia pun diramaikan dengan kicauan netizen yang mendiskusikan betapa kerennya penampilan Jokowi dan menebak-nebak merek jaket tersebut selama berjam-jam. Maka tidak mengherankan jika kehebohan gaya mode orang nomor satu di negeri ini pun menjadi sorotan media internasional.
Jaket bomber yang dikenakan Jokowi itu menjadi pembicaraan warga di dunia maya setelah Jokowi jumpa pers Sabtu dini hari itu. Jaket bomber yang dikenakan Jokowi diketahui dari brand merk high street fashion ternama, Zara. Model jaket bomber disebut-sebut juga tren dikenakan berbagai selebriti dunia. 
Soal Jaket ini heboh diawali dengan cuitan anak Jokowi, Kaesang Pengarep, Yg pengen tau jaketnya beli dmn, silahkan mampir @markobar1996 @MOMMILK_SOLO@CekKopi@Pastabuntel@CakarDhear@Chilli_Pari dulu. Setelah heboh di media sosial, ketika ditanya oleh awak media, Jokowi menjelaskan bahwa jaket yang dikenakannya malam itu adalah milik anaknya. Saya pinjam dari anak saya, ujar mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Jaket Bomber Jokowi menjadi ice breaker dalam pembicaraan publik soal penistaan agama yang menghebohkan sekaligus menguras emosi publik.  Dalam ilmu komunikasi, Ice Breaker adalah sebuah permainan atau apa saja yang dipakai untuk memecah kejenuhan saat ada acara, pertemuan atau pembicaraan serius. Secara bahasa ice breaker berartikan memecah es dapat dipahami sebagai memecah suasana.
Seperti diketahui, tak kurang satu bulan lebih energi bangsa ini terkuras menyoal kasus Ahok. Kasus berawal dari pembicaraan Ahok di kepulauan seribu yang dianggap menistakan agama oleh sebagian kelompok masyarakat itu telah melebar urusan politik juga keamanan negara. Aksi damai 4 Nopember yang dilakukan ratusan ribu umat Islam menjadi klimak persoalan yang bersinggungan dengan SARA tersebut.
Saya berharap, jaket Jokowi tak sekadar menjadi ice breaker. Jaket Jokowi diharapakan menjadi good clossing, penutup indah, yang menyenangkan semua pihak. Kenapa? Pertama, tuntutan publik terkait dugaan penistaan sudah terpenuhi. Kepolsian RI sedang bekerja keras, cepat dalam mengungkap, menuntaskan proses hukum. Kepolsian RI sedang menunjukkan ketegasan dan keprosfesionalannya ke publik. Polri melakukan lompatan luar biasa. Polri bahkan berani menggelar perkara secara terbuka, yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Ini semata-mata untuk memenuhi rasa ingin tahu publik terhadap jalannya proses hukum. Tak ada yang disembunyikan.
Sebab itu, semua pihak diminta tenang. Percayakan kepada proses hukum yang sedang berjalan. Semua pihak yang terkait telah diproses secara hukum. Mari kita sama-sama mengembalikan keadaan normal kembali. Dalam waktu dua minggu, Polri sudah berjanji akan menuntaskannya. Dan saatnya kita semua menghormati hukum yang berlaku di negeri kita. Kalau bukan kita yang menghormati, siapa lagi? Ini momentum kita menjadikan hukum sebagai panglima bukan kekuasaan, kekuatan atau arogansi dari siapa pun.
Kedua, secara umum demontrasi kemaren cukup kondusif. Ini menandakan kematangan dalam berdemokrasi. Ke depan praktek demokrasi kita harus lebih baik lagi. Demokrasi itu tak boleh melanggar hukum. Demokrasi wajib berjalan sesuai rel konstitusi yang ada. Demokrasi yang mengsampingkan kontitusi merupakan kemerdekaan yang kebablasan. Sekarang, bangsa ini kudu menjungjung tinggi konstitusi.
Walhasil, jaket Jokowi itu selain keren tidak sekadar menjadi ice breaker dalam perdebatan dugaan penistaan agama  yang telah menguras energi dan merampas waktu kita semua. Persoalan telah barakhir. Saatnya kita semua melanjutkan membangun negeri ini. Semoga di waktu mendatang Indonesia lebih baik dalam segala hal. Amin. (Ditulis 9 Nopemeber 2016)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar