Senin, 28 November 2016

Menanti Diplomasi Meja Makan Jokowi


          Hari ini (4/11) aksi damai dilakukan oleh berbagai organisasi umat Islam. Demontrasi yang digelar setelah salat Jumat itu diikuti oleh ribuan massa. Aksi damai dipusatkan di Jakarta, tepatnya di kawasan istana merdeka. Aksi dimulai dari masjid istiqlal dan berakhir di depan istana merdeka. Aksi damai ini menuntut pemerintahan Jokowi-JK memproses kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok).
          Aksi damai 4 Nopember  tak hanya di Jakarta, di beberapa  daerah pun dilgelar. Seperti di Surabaya, tak kurang dari 5000an umat Islam turun ke jalan dengan berjalan kaki dari meeting point di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya.
Rencananya dari meeting point tersebut,   massa akan berjalan menuju ke Polda Jawa Timur. Dalam aksinya, mereka menyerukan pendapat terkait penistaaan agama yang diduga dilakukan oleh gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat kunjungannya di depan warga kepulauan seribu.
Harapannya aparat penegak hukum dan pemerintah segera memproses hukum Ahok tersebut.
          Di Jakarta sendiri aksi diikuti oleh berbagai organisasi keislaman seperti Front Pembela Islam (FPI), Forum Umat Islam (FUI) dan lainnya. Dalam aksi damai yang telah direncanakan dua minggu sebelumya itu diikuti juga oleh beberapa tokoh nasional baik dari kalangan ulama maupun politisi. Mereka diantaranya Habib Riziq Shihab, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Amin Rais, AA Gym, dan Arifin Ilham. Sebagian dari mereka pun ikut menyampaikan orasi.
          Sehari sebelumnya, Presiden Jokowi ketika ditanya oleh awak media terkait rencana demo oleh berbagai ormas Islam menegaskan bahwa diriinya tak akan meninggalkan Jakarta. Jokowi memastikan dirinya, wapres juga para menteri kabinet kerja akan bekerja seperti hari-hari sebelumnya. Presiden juga mengimbau pada masyarakat luas untuk beraktivitas seperti biasa.
Diplomasi Meja Makan
          Pernyataan Presiden di atas membuat saya berasumsi Jokowi nampaknya akan menggunakan diplomasi meja makan. Seperti diketahui publik, Jokowi seringkali menghadapi pihak yang berlawanan dengan berkomunikasi langsug mengundang, mengajak makan bersama. Ini kebiasan yang tak dilakukan oleh  pemimpin lain di negeri ini. Jokowi memang berbeda.
          Saya sempat kaget ketika membaca informasi bahwa Jokowi menjelang siang hari meninggalkan istana merdeka. Jokowi memilih blusukan ke tanggerang Banten.  Presiden melakukan kunjungan ke Bandara Soekarno-Hatta dalam rangka meninjau perkembangan pembangunan infrastruktur transportasi, terutama progres pembangunan kereta bandara. Apakah ini yang dimaksud Presiden kerja seperti biasa. Pihak istana menegaskan bahwa kunjungan Presiden Jokowi ke Banten sudah terjadwal jauh sebelumnya.
Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo mengatakan, pihak Istana yang menerima perwakilan demonstran adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saipuddin serta Sekretaris Kabinet Pramono Anung
Sampai pukul 17.30 WIB Jokowi belum kembali ke istana. Sebelumnya, sekitar jam 2 an pihak keamanan telah menawarkan dialog. Kapolri mengundang, memberi kesempatan kepada pengunjuk rasa guna menyampaikan tuntutannya pada pemerintah. Namum tawaran tersebut belum ditanggapi oleh mereka. Informasi yang beredar mereka terlebih dahulu akan menyampaikan orasi dan ingin diterima secara langsung oleh Presiden Jokowi.
Menurut saya ada beberapa asumsi kenapa Jokowi tak melakukan diplomasi meja makan. Pertama, sudah terbaca bahwa demo akan berjalan damai. Keyakinan itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, sebelumnya Presiden Jokowi telah melakukan upaya pendekatan, berkomunikasi dengan berbagai pihak. Jokowi telah menemui Prabowo, Ketua Umum parta Gerindra sekaligus mantan rival beratnya di Pilpres 2014. Jokowi pun telah berkomunikasi langsung dengan tokoh agama dalam hal ini para ulama di istana. Presiden mengundang PB NU, PP Muhamadiyah dan MUI.
Asumsi di atas menyebabkan Jokowi percaya diri meninggalkan Jakarta, bekerja seperti biasa. Soal demontrasi atau aksi damai pun cukup dipercayakan kepada para pembantunya dalam kabinet kerja. Jokowi juga meyakini kemampuan aparat keamanan dalam hal ini Polri dan TNI dalam mengawal dan mengamankan aksi damai tersebut.
Kedua, berbagi tugas dengan wakil presiden. Sehari sebelumnya Presiden telah mengadakan pembicaraan empat mata dengan wakil presiden.  Pembicaraan yang dilakukan di serambi istana tersebut diduga kuat terkait rencana mengahadapi para demonstran hari ini. Mereka berdua bisa jadi telah menyepakati tugas dan peran masing-masing. Tentang hal ini dapat dipahami dari posisi Wapres yang tak meninggalkan kantornya. Bahkan Jusuf Kalla sempat memantau secara langsung aksi damai tersebut.
Ketiga, menunjukkan bahwa situasi tak genting. Presiden ingin mengkomunikasikan ke masyarakat juga dunia internasional bahwa situasi negara tak gawat atau darurat. Terbukti sang Presiden masih bekerja seperti biasa, blusukan meninjau langsung sejulah proyek terkait transportasi. Terbukti, aksi damai hari tak berpengaruh sama sekali pada kegiatan ekonomi masyarakat, juga ekonomi nasional.
Keempat, tuntutan sudah dijawab, terpenuhi. Seperti diketahui Kepolisian sedang memproses kasus hukum Ahok. Bahkan calon gubernur DKI Jakarta nomor urut dua itu telah dipanggil. Rencananya, Senen besok Bareskrim Polri memeriksanya. Sebelumnya Ahok telah mendatangi Bareskri guna mengklarifikasi. Walaupun untuk hal ini, Kapolri telah melanggar surat edara Kapolri sebelumnya. Dalam surat edaran itu ditegaskan bahwa pengaduan terkait calon kepala daerah akan diproses setelah proses pilkada selesai.
Akhirnya, para demontran pun siap berdialog dengan Wakil Presiden Jusuf kalla setelah sebelumnya buntuh. Menjelang pukul 18.00 mereka masuk istana. Nampaknya diplomasi meja makan tak selalu dibutuhkan, tak harus digunakan. Ada saatnya, ada temingnya. Tepat tidaknya penggunaan pendekatan tersebut nampaknya sudah dipahami dengan baik oleh Jokowi. Wa Allahu Alam




Tidak ada komentar:

Posting Komentar