Senin, 28 November 2016

Penulis Bisa Jadi Pahlawan


            Kemaren (10/11) dalam rangkaian peringatan hari pahlawan, pemerintah telah menganughrahkan gelar pahlawan pada seorang yang dianggap layak menjadi pahlawan. Yaitu kepada mereka yang telah membantu, memberikan sumbangsih pada kemerdekaan Indonesia. Gelar ini hanya diberikan kepada seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi kawasan NKRI, yang meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya luar biasa bagi pembangunan, kemajuan bangsa, dan negara Republik Indonesia.
Tahun ini, gelar itu diberikan pada Kiai Haji Raden As'ad Syamsul Arifin. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 90/TK/Tahun 2016 yang disahkan pada 3 November 2016, KH As'ad Syamsul Arifin ditetapkan sebagai Pahlawan nasional. KH As'ad Syamsul Arifin merupakan tokoh yang berperan besar dalam membangun organisasi kemasyarakatan,  Nahdlatul Ulama. Penghargaan tersebut diterima cucu As’ad, yaitu Achmad Azaim Ibrahimy di istana negara dalam acara resmi kenegaraan.
As'ad Samsul Arifin atau dikenal dengan sebutan Kiai Haji Raden As'ad Samsul Arifin (lahir pada tahun 1897 di Mekah - meninggal 4 Agustus  1990 di Situbondo  pada umur 93  tahun) adalah pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah di Desa Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Ia adalah ulama besar sekaligus tokoh dari Nahdlatul Ulama dengan jabatan terakhir sebagai Dewan Penasihat (Musytasar) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama hingga akhir hayatnya.[1][4] Ia adalah penyampai pesan (Isyarah) yang berupa tongkat merupakan cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama. (https://id.wikipedia.org)
Selama ini pemahaman tentang kepahlawanan selalu dikonotasikan pada mereka yang mempunyai andil besar dalam perang kemerdekaan. Pemahaman sepertii itu sudah terasa sempit jika diterapkan di era sekarang. Pengertian tentang kepahlawanan kudu diubah, disesuaikan mengikuti perkembangan zaman.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah beran. Menngacuh pengertian ini setipa warga negara dapat menjadi pahlawan. Tidak harus mereka yang ikut dalam perang kemerdekaan. Setiap dari kita bisa mendapat gelar itu termasuk para penulis. Ya, penulis bisa menjadi pahlawan.
Ada kesamaan pahlawan kemerdekaan dengan para penulis. Pertama, terkait persiapan. Seorang pahlawan pasti memiliki persiapan cukup matang dalam menghadapi musuh (penjajah). Tidak mudah orang berangkat ke medan perang. Demikian juga denga penulis. Penulis sebelum menulis sepatutnya memperisiapkan banyak hal seperti data atau informasi, kajian kepustakaan,  termasuk kemampuan mengurai buah pikiran, serta mengelola kata sehingga enak dibaca. Penulis tak cukup bermodalkan nekad atau keberanian jika tulisan ingin dibaca banyak orang dan mampu memberikan pencerahan. Terlebih jika ingin membawakan perubahan besar masayarakat sekitarnya.
Kedua, mengenal medan. Baik pahlawan perjuangan maupun penulis harus mengetahui dan mengenal medan dengan baik. Pejuang yang tak mengenal medan akan mudah menjadi korban. Demikian juga dengan penulis. Medan penulis adalah adalah ruang pembaca, masyarakat yang membutuhkan informasi, gagasan. Tidak memahami kebutuhan pembaca sama saja seperti pejuang yang buta medan perang. Sebab itu seorang penulis dituntut bisa menyesuaikan tulisan dengan pangsa pasar. Sebagus apapun tulisan seseorang jika tak dibutuhkan pembaca maka tidak akan berdampak apa-apa. Tulisan menjadi sia-sia.
Ketiga, memiliki senjata. Senjata para penulis adalah goresan pena atau tulisan itu sendiri. Tulisan ibarat pistol atau senjata lain. Penulis kudu mampu menggunakannya dengan baik. Menggunakan senjata yang asal-asalan akan mematikan diri sendiri. Untuk itu, penulis dituntut pandai dalam merangkai kalimat, mengurai gagasan, meracik gagasan atau ide,  menawarkan solusi, dan menyampaikan informasi.
Kaitan dengan ini kualitas seorang penulis sangat menentukan hasil sebuah tulisan. Tulisan yang ditulis berdasarkan data dan fakta yang akurat, yang disusun dengan kalimat jelas dan mudah dipaham serta menyajikan gagasan orsinil akan digandrungi oleh banyak orang. Tak menutup kemungkinan tulisan seperti itu menjadi motivator atau membawakan pencerahan bagi pembaca.
Nah, mau jadi pahlawan? Jadilah penulis hebat. Penulis handal yang tulisannya dinanti oleh para pembaca. Tulisan yang mencerahkan. Tulisan yang mendatangkan perubahan. Serta tulisan yang menyuarakan kebenaran. Menjadi penulis handl memang tidak mudah. Menulis tidak cukup sekadar menguasai teori. Menulis butuh praktek. Belajar menulis adalah dengan menulis, munulis dan menulis.

Terakhir, layak tidaknya penulis jadi pahlawan tidak hanya ditentukan oleh para pembaca tapi bagaimana seorang penulis memperjuangkan sebuah kebenaran dengan gigih dan keyakinan.  Kebenaran yang disuarakan oleh penulis akan dirasakan oleh masyarakat. Saat itulah masyarakat menjuluki para penulis sebagai pahlawan. Ya, pahlawan sang pejuan kebenaran. Selamat menulis. Selamat berjuang. Merdeka! (Ditulis 11 Nopember)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar