Selasa, 27 September 2016

Ingin Sukses, Tak Harus Sekolah


Seorang peserta didik saat ditanya kenapa tidak berangkat, ia menjawab untuk apa sekolah? Awalnya, memang dia sering tidak masuk sekolah. Saya jawab, sekolah itu untuk belajar dan menuntut ilmu guna mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Sang siswa hanya tersenyum mendegar jawaban saya. Senyumnya menimbulkan tanya dalam hati. Apa dia paham yang saya sampaikan? Atau dia sedang meledek saya dengan senyumnya yang nyinyir itu?
Pertanyaan siswa di atas sebenarnya dapat dimaklumi. Kenapa? Dalam kehidupan nyata tidak sedikit orang sukses walau tidak berbekal pendidikan yang tinggi. Belakangan kita menyaksikan kesuksesan ibu Susi Pudjiastuti. Menteri Kelautan dan Perikanan itu sebelumnya diragukan kemampuannya oleh banyak kalangan. Alasan yang digunakan mereka adalah karena sang menteri nyentrik itu hanya lulusan SMP. Susi dianggap tak layak jadi menteri. Nyatanya, rakyat Indonesia menyaksikan kehebatan beliau. Susi Pudjiastuti menjadi pembantu Presiden yang berkinerja sangat baik juga memuaskan. Susi Pudjiatuti tak hanya sukses menjadi menteri. Dia juga sukses sebagai pengusaha, kaya raya.
Orang sukses seperti itu tak hanya Susi Pudjiastut. Masih banyak yang lain. Sebut saja Presiden Seoharto. Berbekal  pendidikan setingkat SD, ditambah sejumlah pendidikan militer sukses menjadi penguasa orde baru selama 32 tahun. Demikian juga Presiden Megawati. Megawati bukan seorang sarjana. Pendidikan formalnya dihitung hanya setingkat SMA. Presiden Abdurrahma Wahid atau Gus Dur pun  tak menamatkan kuiiahnya. Jadi,  apa penting sekolah itu? Memahami fakta kesuksesan Pudjiastuti, Soeharto, Megawati dan Gusdur, apa masih perlu sekolah guna raih sukses?
Menjawab pertanyaan di atas, perlu saya tegaskan bahwa sukses itu perlu ilmu. Hanya orang yang berilmu yang akan sukses. Sukses bukan kebetulan. Sukses itu butuh perjuangan dan kerja keras. Habibie sukses membuat pesawat terbang karena dia menguasai ilmu rancang bangun pesawat. Habibie adalah doktor ingineering pesawat.
Demikian kesuksesan Susi Pudjiastuti, Soeharto, Megawati, juga Gusdur. Mereka menjadi sukses karena ilmu yang dimilikinya. Susi Pudjiastuti sukses sebagai menteri Kelautan dan Perikanan karena ilmu yang dimilikinya terkait soal kelautan dan perikanan. Walau ilmu tersebut tak diperolehnya melalui sekolah. Hal yang sama apa yang terjadi pada diri Soeharto, Megawati atau Gusdur.
Kemudian bagaimana mendapatkan ilmu? Menuntut ilmu itu ada dua jalur. Pertama, jalur lewat pendidikan formal di sekolah. Kedua, memperoleh ilmu di luar sekolah melalui pengalaman atau belajar secara otodidak. Kedua cara ini sah saja dipilih untuk meraih, merencanakan masa depan yang gemilang.
Baik belajar di sekolah maupun belajar otodidak sukses dan gagal mungkin saja terjadi. Artinya, tidak semua yang belajar di sekolah atau belajar secara otodidak akan berhasil. Begitu sebaliknya. Sukses dan gagal dalam menggali imu pengetahuan sebagai bekal hidup  bergantung pada usaha seseorang. Kedua jalur atau cara belajar tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.
Ilmu  yang diperoleh dari sekolah adalah serangkaian  pengetahuan yang didapat  oleh ratusan bahkan ribuan orang selama berabad-abad, yang dirangkum secara terstruktur, kemudian diajarkan. Pengetahuan yang diajarkan di sekolah sifatnya dasar dan umum. Ada juga sekolah kejuruan yang mengajarkan pengetahuan bersifat  lebih khusus.
Kemudian di jenjang universitas, mahasiswa bisa belajar  tentang hal-hal yang lebih khusus. Untuk tujuan itu universitas dibagi menjadi fakultas dan jurusan. Pada tingkat yang lebih tinggi lagi, orang akan belajar tentang suatu bidang yang sempit tapi mendalam. Ringkasnya,  belajar melalui pendidikan formal terlihat lebih terstruktur, sistematis, berjenjang serta mengikat.
Bagaimana dengan belajar otodidak? Otodidak merupakan proses belajar secara mandiri, dengan mencoba-coba, mengutak-atik apa yang dipelajari itu. Otodidak dibantu dengan adanya keterangan-keterangan dari sumber-sumber. Belajar otodidak bersandar pada pengalaman nyata dalam kehidupan.
Belajar dengan cara otodidak lebih bebas. Orang dapat menentukan sendiri apa yang dipelajari. Bagaimana cara memahaminya. Belajar dengan cara ini tak terikat dengan sistem. Tidak bergantung ke orang lain pada guru misalnya. Dengan belajar otodidak seorang bebas menentukan apa saja yang akan dipelajari. Metode apa yang digunakan. Dimana akan mempelajari. Juga lainnya. Walhasil, otodidak lebih bebas.
Hanya belajar otodidak itu membutuhkan waktu lebih lama dalam mempelajari sesuatu di banding orang yang belajar secara formal atau dengan sosok pembimbing. Belajar otodidak juga cenderung melakukan kesalahan dan kegagalan hasil karya saat sedang bereksperimen dan melakukan praktek atau uji coba. Kegagalan dalam uji coba tersebut yang terkadang membuat stres, putus asa.
Kembali ke permasalahan, menjaawab pertanyaan siswa saya apa masih perlu sekolah? Yang pasti diperlukan dalam meraih sukses adalah ilmu pengetahuan. Soal ilmu bisa diperoleh dari mana saja. Dari sekolah atau belajar dari pengalaman secara otodidak.
Namun, menurut hemat saya bagi anak-anak belajar di sekolah merupakan pilihan tepat.  Kenapa? Karena anak masih bergantung pada bimbingan orang lain yang lebih dewasa. Anak yang belum dewasa tak mungkin dilepas belajar secara otodidak. Paling tidak ada beberapa ilmu dasar yang kudu dikuasai oleh anak-anak kita sebelum belajar tentang banyak hal secara mandiri dan otodidak. Dan sekolah adalah tempat yang tepat memperolehnya.
Kemudian kapan mereka diperbolehkan memilih jalur otodidak? Paling tidak sampai Sekolah Tingkat Atas (SLTA). Soal mau kuliah atau tidak itu terserah. Tapi ingat, belajar itu tak boleh berhenti. Belajar itu tak ada batas waktu. Belajar itu harus seumur hidup. Maka belajarlah terus walau tak bersekolah lagi atau tak masuk bangku kuliah. Sebab seperti yang ditegaskan bahwa ilmu adalah syarat utama raih sukses.
Walhasil, Soeharto, Megawati, Gusdur, Susi Pudjiastuti, Habibie juga yang lain tak mungkin sukses bila tak berilmu. Ilmu adalah kunci sukses.  Dengan ilmu di tangan kita bisa meraih sukses dalam hidup. Soal ilmu itu diperoleh dari sekolah atau secara otodidak itu bergantung pada kita.
Soeharto, Megawati, Gusdur dan  Susi Pudjiastuti adalah contoh orang sukses dengan ilmu yang banyak diperoleh secara otodidak.  Sedangkan Habibie sukses membuat pesawat dan menjadi presiden RI karena ilmu yang diperolehnya lewat pendidikan formal, bersekolah. Sekarang mau sukses seperti siapa? Hanya anda yang akan menjawabnya. Yang jelas jika ingin sukses tak harus sekolah, tapi wajib berilmu. Wa Allahu Alam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar