Selasa, 27 September 2016

Menanamkan Kecintaan Pada Al Quran


          Kemaren (21/9), saya mendamping anak didik dalam acara Penulisan Al Quran Sehari. Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Pedidikan Kabupaten Indramayu tersebut bertempat di masjid Agung. Kegiatan yang bekerjasama dengan Majlis Ulama Indonesia (MUI), Badan Amil Zakat (BAZ),  DKM Masjid Agung serta Musium Rekor Indonesia (MURI) itu dibuka oleh Wakil Bupati Indramayu Drs. H Supendi, M.Si.
          Penulisan Mushaf Al Quran Sehari merupakan salah  kegiatan dalam rangka menyambut dan memperingati hari jadi Indramayu yang ke 489, sekaligus bagian dari Festival Cimanuk tahun 2016. Kegiatan itu diiukuti oleh 489 siswa Sekolah Dasar. Jumlah peserta diambil dari jumlah halaman Al Quran. Setiap siswa menulis satu halaman.
          Peserta diambil dari 33 kecamatan yang ada di kabupaten Indramayu. Mereka sebelumnya telah diseleksi di tingkat Kecamatan. Seleksi dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Guru (KKG) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Tulisan mereka nantinya akan dijadikan mushaf setelah dilakukan pentashihan oleh pihak yang berkompeten.
          Dalam sambutannya, Wakil Bupati Indramayu menegaskan pemerintah berharap kegiatan ini bisa meningkatkan kecintaan peserta didik atau anak-anak kita pada Al Quran,  mendorong guru lebih maksimal lagi dalam mengajarkan Al Quran. Sehingga ke depan, generasi muda kita menjadi generasi Qurani. Yakni generasi yang hidup berpedoman pada kitab sucii.
          Ini sebenarnya bukan gebrakan pertama bagi pemerintah kabupaten Indramayu. Sebelumnya, sudah diupayakan pemahaman terhadap arti Al Quran. Metode Tamyiz yang digagas oleh putra daerah telah dijadikan kurikulum pelajaran muatan lokal di semua tingkat sekolah dari SD sampai SLTA.  Tamyiz adalah metode praktis mengartikan Al Quran yang ditemukan oleh Ustadz Zaun Fathin atau yang dikenal Abaza.
          Sebelumnya (sejak15 tahun lalu), kegiatan membaca Al Quran diwajibkan di sekolah sebelum pembelajaran dimulai. Hal yang sama dilakukan di setiap perkantoran pemerintahan atau swasta di Indramayu sebelum bekerja, pagi hari. Ini semua berawal dari kesadaran pentingnya Al Quran dalam kehidupan manusia.
          Di tengah krisis mental dan moral bangsa ini rasaya tepat jika kita mengevaluasi sejauhmana pemahaman dan pengamalan Al Quran dalam kehidupan sehari-hari. Kaitan dengan ini,  sangat memperhatinkan bila memahami fakta yang ada di tengah masyarakat. Fakta itu diantaranya menyebutkan tidak sedikt umat Islam yang tak dapat membaca Al Quran. Bagaimana mereka memahami jika membaca Al Quran saja tak mampu.
Menurut pengajar sekaligus penemu metode belajar bahasa Arab Mustaqilli, Agus Shohib Khoiron,   meski merupakan negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, namun hanya sekitar sekitar 0,5 persen umat Islam di Indonesia yang mampu membaca Alquran dengan baik. Padahal menurutnya, jika setiap orang mampu membaca dan memahami Alquran secaran baik, maka dapat meningkatkan ketakwaan, serta mampu mengajarkan kepada banyak orang. Dengan begitu, akan lahir generasi penerus bangsa yang berilmu, berahlak, dan beretika. (http://nasional.republika.co.id/)
          Apa yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Indramayu layak mendapat apresiasi. Program semacam itu wajib didukung oleh masyarakat. Dan diharapkan progam semacam itu menular ke daerah lain. Setiap daerah dituntut lebih memperhatikan pentingnya penguasaan Al Quran.  Al Quran sebagai kitab suci, prdoman hidup mayoritas bangsa ini (baca:muslim) kudu dipahami, diamalkan. Al Quran merupakan pusaka yang ditinggalkan nabi Muhamad SAW untuk umatnya. Dalam sebuah hadits dikatakan, Aku tinggalkan kalian dua pusaka. Jika kalian berpegang teguh pada keduanya, kalian tak akan sesat untuk selamanya. Yakni kita Allah (Al Quran) dan Sunnahnya.
Mencintai Quran
          Memahami hadist di atas, kecintaan pada Al Quran menjadi satu tuntutan atau keharusan. Karena cinta merupakan ikatan seseorang terhadap sesuatu. Sebagai pedoman hidup Al Quran senantiasa kudu bersama kita. Kita tak bleh menjauh darinya.  Apalagi Al Quran merupakan pusaka (baca:peninggalan) Rasulullah SAW seperti wasiat beliau dalam hadist tersebut. Menurut Wikipedia, ciinta adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya.
          Kemudian bagaimana cara mencintai itu? Berikut beberapa cara mencintai Al Quran. Pertama, tak kenal maka tak sayang. Pepatah yang populer di tengah kita ini bisa digunakan pada Al Quran. Artinya, jika ingin mencintai Al Quran maka kenalilah terlebih dahulu. Mengenal Al Quran diawali dengan mempelajari cara membacanya. Setiap muslim sepantasnya mampu membaca Al Quran. Sekarang sudah dikembangkan cara mudah membaca Al Quran. Berbagai metode telah hadir ditengah kita. Sebut saja metode Iqro’, Qiroati atau lainnya.
          Selanjutnya memahami maknanya. Memahami makna merupakan upaya menggali kandungan Al Quran. Dengan demikian, kita dapat menangkap pesan yang disampaikan Al Quran. Pesan-pesan tersebut yang wajib dijadikan pedoman dalam kehidupan. Pada posisi ini bisa dimengerti betapa pentingnya memahami arti Al Quran.
          Kedua, dalam pepatah Arab dikatakan man ahabba syaian kasuro dzikruhu. Barang siapa mencintai sesuatu ia mengingatnya selalu.  Al Quran wajib diingat selalu. Dalam segala hal,  hadapkan wajah pada Al Quran. Al Quran akan memberi solusi setiap urusan yang kita hadapi. Hanya kita sering menjauh dan melupakannya.  Kita lebih sering berpaling dari petunjuk Al Quran.
          Ketiga, mengamalkan kandungannya. Ini klimaks dari cinta pada Al Quran. Cinta itu tak cukup dengan kata-kata. Cinta butuh bukti. Dan mengamalkan Al Quran adalah bukti nyata mencintainya. Sejauhmana kita mengamalkan isi Alquran sejauh itu pula cinta padanya. Bohong besar jika seorang mengaku cinta tapi perbuatannya melawan Al Quran. Maka diantara cara mencintai Al Quran itu  adalah belajar dan berusaha  mengamalkan ajaranya.
          Akhir kata, setiap dari kita pasti mengaku mencintai Al Quran. Cinta itu butuh proses. Cinta setiap orang memilki kadar berbeda-beda. Untuk mencintai Al Quran, kenalilah terlebih dahulu, ingatlah selalu dengan menghadapkan wajah padanya, serta mengamalkan kandugannya.
          Anak harus kita dekatkan pada Al Quran. Itu titik awal mengenalkan pada anak cucu tentang pedoman hidup yang harus dipegang teguh. Al Quran harus familier dengan mata, telinga dan hati mereka sejak dini mungkin. Menulis Al Quran terlihat sepele. Tapi senyatanya sangat bermakna.  Kegiatan semacam itu akan tertanam kuat dalam jiwa anak-anak. Sepantasnya, kita semua mengupayakan mengapresiasi kegiatan-kegiatan seperti itu di rumah, lingkungan, dan daerah kita. Harapan mewujudkan generasi Qurani akan menjadi nyata. Amin. Wa Allahu Alam
Penulis adalah Guru Pendidikan Agama Islam, tinggal di Indramayu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar