Jumat, 15 Januari 2016

Dicari Negarawan Sejati


          Satu tahun terakhir hiruk pikuk politik nasional tak pernah sepi. Isu ke isu mewarnai. Rakyat hampir kehabisan kesabaran menyaksikannya. Pasalanya, para politisi itu hanya menciptakan kegaduhan yang tak membawa manfaat apa-apa bagi rakyat. Kegaduhan telah menyebabkan instabilitas yang bisa menghambat laju pembangunan dan gerak perekonomian. Kegaduhan telah memecah konsntrasi, menghabiskan waktu dan energi elemen bangsa dalam mengisi pembanguan. Kegaduhan politik hanya mencerminkan sifat kekanak-kanakan, ambisi, egois, kepentingan golongan atau pribadi. Rakyat sekadar dijadikan seperti barang yang diperjuangkan. Sebenarnya apa yang sedang mereka perjuangkan?
          Dalam salah satu acara televisi swasta nasional, salah satu redaktur Media Indonesia, ketika mengomentari Yuddy Crisnandi terkait menteri menilai menteri, mengatakan Yuddy adalah politisi sejati. Apa yang dilakukannya selalu berorientasi pada kepentingan politik praktis untuk dirinya. Ungkapan tersebut, menurut saya, berlaku tak hanya untuk Menteri dari Partai Hanura itu. Tapi hampir semua politisi baik yang di legislatif maupun Pemerintah  melakukan hal sama. Tidak tercermin dari mereka sikap seorang negarawan.
          Politisi memang beda dengan negarawan. Mungkin adegium populer dalam bahasa Inggris ini dapat memberi pemahaman akan perbedaan tersebut, ‘The state-man (great leader) think the next generation, the politician leader think the next election’. Negarawan memikirkan masa depan bangsa dan negara, sedangkan politisi hanya memikirkan masa depan Pemilu dan Pilpres. Tidak hanya menjelang pemilu, politisi kita bahkan sepanjang waktu mengejar, bertarung, berebut kepentingan dan kekuasaan. Alasan ini barangkali yang melatarbelakangi mereka disebut politisi sejati.
          Mantan Ketua Umum Muhamadiyah, Syafiih Ma’arif (2013) membedakan keduanya sebagai berikut, negarawan adalah seorang yang bervisi ke depan untuk kebesaran bangsa dan negara jauh melampaui usianya. Kekuasaan baginya hanyalah sebuah wahana untuk mewujudkan cita-cita mulia politiknya demi tegaknya keadilan dan terwujudnya kesejahteraan bersama, dan untuk tujuan itu dia sangat rela menderita. Sebaliknya, politisi adalah seorang pragmatis yang pada umumnya tunavisi, tetapi syahwatnya terhadap kekuasaan demikian dahsyat. Dengan kekuasaan di tangan, banyak kenikmatan duniawi yang dapat diperoleh. Nyaris tak ada kepedulian terhadap tegaknya keadilan dan terciptanya kesejahteraan umum bagi semua. (www.rumahpemiluh.org)
          Perbedaan itu yang membedakan cara mereka dalam meraih apa yang dicita-citakan. Bagi politisi apa pun dapat dilakukan asal kepentingan tergapai. Berbeda dengan negarawan, mereka selalu mementingkan maslahat bangsa dan negara yang lebih besar.
          Di antara hiruk pikuk politik nasional yang berlarut-larut adalah konflik internal di tubuh partai-partai besar seperti Partai Golkar dan PPP. Konflik internal kedua partai peninggalan orde baru itu sudah setahun lebih berlangsung. Kedua kubu yang berkonflik hanya mempertahankan ego dan ambisi masing-masing. Tak terlihat mereka berpikir kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar. Pantas kalau rakyat mempertanyakan, apa tidak ada negarawan di kedua partai tersebut? Apa semuanya politisi sejati? Sebenarnya bukan hanya Parta Golkar atau PPP, lebih jauh negara  dan bangsa kita membutuhkan, sedang mencari para negarawan yang berjuang semata-mata untuk kepentinga rakyat.
Karakter negarawan
          Nah, selanjutnya seperti apa negarawan yang diinginkan itu? Menurut hemat saya ada beberapa hal yang harus dimiliki seorang negarawan. Saya menyebutnya sebagai karakter, yaitu, pertama, negarawan harus memiliki sifat wajib bagi rasul yakni amanat, cerdas, jujur, dan pandai berkomunikasi. Amanat berartikan dipercaya. Seorang dipercaya karena antara ucapan dan tindakan sama, tidak bertolak belakang. Lebih jauh disebut jujur yaitu orang yang tak pernah berdusta. Kemudian  cerdas dalam membaca situasi dan keadaan serta mampu menghadirkan solusi setiap persoalan. Negarawan harus  pandai berkomuniakasi atau menyampaiakan dan menjelaskan apa yang menjadi visi-misinya secara jelas dan gamblang  kepada rakyat.
          Kedua, berpikir visioner jauh ke depan. Pemikiran negarawan tidak dangkal, sesaat, tetapi melesat jauh ke depan. Kadang pemikirannya baru dapat dibuktikan setelah sekian lama, puluhan tahun. Dan pemikiran seperti membutuhkan kedalaman ilmu, juga keikhlasan semata-mata untuk kepentingan orang. Pemikiran melesat seperti tak mungkin muncul bila dibarengi dengan kepentingan sesaat, ego pribadi.
          Ketiga, mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan apa pun. Ini ciri dominan yang membedakan negarawan dengan politisi. Politisi mengejar kepentingan pribadi atas nama kepentingan rakyat. Sementara negarawan berpolitik semata-mata  untuk kepentingan bangsa dan negara. Untuk alasan tersebut mereka rela berkorban. Di sini dapat dikatakan,  tidak semua politisi itu negarawan. Namun semua negarawan adalah politisi. Karena seorang negarawan dalam memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara selalu dengan cara berpolitik.
          Keempat, mampu menjadi teladan. Keteladanan untuk semua elemen bangsa. Tidak hanya untuk sesama politisi, juga untuk rakyat. Mereka diteladani karena jasa, prilaku dan tindak tanduknya dalam berpolitik, memperjuangkan kepentingan rakyat. Mereka menghadirkan keadilan, kesejahteraan bagi masyarakat. Karenanya mereka dicintai oleh rakyat, sebaliknya mereka pun sangat mencintai rakyat.
          Akhir kata, saat ini bangsa dan negara kita sangat membutuhkan kehadiran para negarawan. Kebutuhan ini harusnya disadari dan dipahami oleh para politisi. Sehingga mereka mampu mentransformasi diri menjadi negarwan yang akan mendatangkan kesejahteraan, keadilan dan kemakmura bagi rakyat. Wa Allahu Alam



http://www.slideshare.net/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar