Sabtu, 28 November 2015

Jokowi, Kenapa Beli Helikopter Italia?


          Pemerintah, dalam hal ini TNI Angkatan Udara berencana membeli helikopter Agusta Westland AW101 Merlin buatan Italia sebagai helikopter kepresidenan RI.  Dengan helikopter itu diharapkan dapat membantu aktivitas Presiden yang dikenal gemar blusukan ke berbagai daerah, menemui rakyat, melihat dan menyelesaikan permasalahan dari dekat. Helikopter seharga 55 juta US Dolar itu diharapkan dapat mengcover mobilitas Presiden yang cukup tinggi. Sebelumnya helikopter Super Puma yang mengantar perjalanan dinas Presiden RI selama kurang lebih 13 tahunan.
          Rencana di atas menuai pro kontra di tengah masyarakat. Bagi yang pro, mereka menganggap sebagai sesuatu yang wajar menimbang tingginya mobilitas kegiatan Presiden bila Pemerintah membeli helikopter baru, yang lebih canggih tentunya. Hanya permasalahanya, kenapa membeli dari luar? Kenapa tidak menggunakan produk dalam negeri? Bukankah kita memiliki PT Dirgantara Indonesia?
          Rencana pembelian helikopter tersebut disayangkan oleh politisi Partai PDI Perjuangan Tubagus Hasanuddin. Hasanuddin berdalih bahwa PT Dirgantara Indonesia mampu membuat helikopter yang memiliki spesifikasi tak kalah hebatnya dari helikopter yang akan dibeli pemerintah, Agusta Westland AW101 buatan Italia. Anggota Komisi I DPR RI itu mengungkapkan, helikopter jenis Super Puma yang digunakan oleh presiden selama ini dibuat tahun 2000 dan dipaikai sejak tahun 2002. Dengan demikian, sudah dipakai selama 13 tahun. Terbukti tidak pernah ada masalah, dapat melayani kebutuhan perjalanan dinas presiden. Selain itu produk dalam negeri lebih murah. Super Puma buatan PT Dirgantara Indonesia hanya dihargai 35 Juta US Dolar.  Masih menurut Tubagus Hasanuddin, PT Dirgantara Indonesia pun bisa melengkapi Super Puma seperti Agusta Westland AW101, tinggal menambah saja komponen  foward looking infra red (FLIR) dan chaff anf flare, yaitu alat proteksi/anti peluru. Kemudian ditambah infared jammer dan laser warning. Semua alat itu diperkirakan memakan biaya 5 juta dollar AS. Dengan demikian hanya 40 juta dollar AS, PT Dirgantara Indonesia bisa menghemat anggaran negara sebesar 15 juta dollar AS.
          Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Udara  Marsekal TNI Agus Supriatna menjelaskan alasan pihaknya membeli helikopter AgustaWestland AW101 Merlin buatan Italia sebagai helikopter kepresidenan RI. Menurutnya, pembelian helikopter VIP untuk kepresidenan itu satu paket dengan pengadaan atau pembelian helikopter angkut berat baru TNI AU yang berkapasitas minimal empat ton. Rencananya, TNI AU akan membeli enam helikopter angkut berat dan tiga helikopter VIP. TNI memerlukan helikopter AW101 dengan alasan menyamakan perawatan dan pemeliharaan dengan skuadron helikopter yang lain, yang sebanyak enam unit itu. Demikian ditegaskan Marsekal TNI Agus Supriatna  di Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Kamis (26/11). Namun, Agus tidak menjelaskan alasan TNI AU lebih memilih AW101 dibandingkan helikopter lainnya. Dia hanya menjelaskan, awalnya TNI AU hanya mendapat izin membeli dua helikopter VIP sesuai pagu anggaran.  Namun, pihak Mabes TNI akhirnya memberikan izin untuk membeli satu helikopter VIP lagi dengan sumber dana dari pinjaman luar negeri.  (http://nasional.kompas.com/)
Sebaiknya dipertimbangkan
          Pembelian helikopter  Agusta Westland AW101 Merlin buatan Italia itu, menurut hemat saya, sebaiknya dipertimbangkan kembali oleh Jokowi. Presiden Jokowi bisa menolak usulan Angkatan Udara terkait pemberlian helikopter tersebut. Kenapa? Ada beberapa alasan, sebenarnya apa yang direncanakan tersebut tidak sesuai, bertentangan dengan cita-cita Jokowi sendiri. Bahkan lebih jauh, bertentangan dengan ucapan, janji kampanye, dan program  pemerintah. Berikut beberapa alasanya, pertama, bertentangan dengan Nawacita dan Trisaktinya Bung Karno. Dalam setiap kesempatan, saat Pilpres lalu, Jokowi menjanjikan mewujudkan  kemandirian ekonomi bangsa. Jokowi sangat mengagumi konsep Trisakti Bung Karno yaitu berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam dalam kebudayaan.  Sekarang Jokowi melalui KSAU-nya lebih memilih helikopter asing,  buatan Itali, dibandingkan produk PT Dirgantara Indonesia yang merupakan karya anak-anak terbaik Indonesia. Pembelian  helikopter Agusta Westland (AW-101) menjadi bukti  bahwa Jokowi dan jajaran pemerintahannya lebih menyukai produk asing, dibandingkan produk dalam negeri, karya bangsa sendiri. Ini sesuatu yang sangat disayangkan bila benar terjadi.
          Kedua, rencana pembelian helikopter Italia bertentangan dengan program pemerintahan Jokowi-JK sendiri.  Kementerian  Men-PAN RB telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 541 Tahun 2015 tentang Penggunaan Produk-produk Dalam Negeri. Surat Edaran Kementerian Aparatur Negara itu  menjadi acuan dan landasan daerah untuk menghidupkan dan mengembangkan ekonomi daerah berbasis produk dalam negeri. Kemudian menjadi aneh bila pemerrintah pusat tak mampu memberi contoh dalam hal ini. Sungguh tidak bisa dipahami  bila Jokowi bersikukuh  membeli produk asing berbarengan dengan ajakan cinta produk dalam negeri. Masih segar dalam ingatan, saat rupiah melemah atas dollar beberapa waktu lalu, Jokowi memerintahkan, mengajak seluruh rakyat untuk membeli, mencintai produk dalam negeri. Pertanyaanya, apa Jokowi sudah lupa?
          Ketiga, menjadi aneh saat orang lain menggunakan jasa PT Dirgantara Indonesia dengan membeli produknya sementara kita membeli produk asing. Tercatat ada 32 kepala negara seperti Presiden Singapura, Presiden Prancis, Presiden Brazil, Raja Spanyol, Kaisar Jepang, dan Presiden Korea Selatan yang telah menggunakan karya anak bangsa kita. Pertanyaanya, apa tidak aneh bila presiden  justru menggunakan produk asing? Andai saja Jokowi mau memilih helikopter karya bangsa sendiri tentu dampaknya sangat luar biasa bagi bisnis PT Dirgantara Indonesia juga kemandirian bangsa. Jokowi bisa membusungkan dada dengan penuh bangga saat mendarat dengan helikopter produk PT Dirgantara Indonesia. Negara lain akan melihat betapa hebat dan mandirinya bangsa kita.
          Keempat, sungguh disayangkan,  saat PT Dirgantara Indonesia dengan semangat di dada anak negeri, sedang susah payah memasarkan produk-produknya seperti helikopter EC225, NAS332C1, dan EC725 Cougar, Presiden Jokowi melalui KSAU-nya lebih memilih membeli helikopter Agusta Westland AW-101 milik Itali. Padahal helikopter EC225, NAS332C1dan EC725 Cougar produk dalam negeri tak kalah canggih dibanding AW-101 milik Itali.
          Kelima, bertentangan dengan ajakan hidup sederhana dan efesiensi dalam segala hal. Kalau menggunakan helikopter dalam negeri bisa menghemat 15 juta dollar AS seperti dijelaskan sebelumya kenapa  Jokowi lebih memilih helikopter buatan asing yang lebih mahal? Bukankah selama ini beliau disimbolkan sebagai pemimpin yang sederhana?
          Walhasil, hal-hal di atas layak dipertimbangkan oleh Presiden Jokowi bila beliau masih ingin menggapai cita-citanya mewujudkan kemandirian ekonomi bangsa seperti yang dijelaskan dalam Nawacitanya. Meluruskan ucapan dengan tindakan dan perbuatan satu-satunya cara bagi Jokowi agar kepercayaan masyarakat tak hilang. Akhirnya, keputusan ada di tangan Jokowi, rakyat kecil seperti saya hanya bisa menunggu pemimpin yang dicintainya memberi teladan.
Wa Allahu Alam



           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar