Sabtu, 28 November 2015

Pesan Untuk Para Pendidik


Hiruk pikuk Hari Guru Nasional (HGN) telah dilewati bersama harapan dan problematika pendidikan. Harapan menghadirkan masa depan generasi Indonesia mendatang yang cerah, lebih baik. Kemudian, problematika pendidikan yang senantiasa menghadang menjadi tantangan bagi para pendidik atau guru di tanah air dalam proses mencetak generasi bangsa tersebut. Dalam konteks ini, baik bagi para pendidik menyimak pesan yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anis Baswedan dalam pidato sambutan beliau pada HGN beberapa waktu  yang lalu.
Ada beberapa point penting, pesan yang harus dipahami oleh para pendidik atau guru. Pesan itu harus menjadi pengingat, pegangan, acuan mereka dalam menjalankan tugas mulia mengajar dan mendidik. Berikut diantaranya, pertama, menjadikan orang tua siswa sebagai mitra kerja. Guru harus menjalin komunikasi yang baik dengan mereka. Orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Sedangkan guru merupakan pendidik  yang dibutuhkan setiap anak pada tahap berikutnya. Karena itu, guru dan orang tua harus bisa bekerja sama dalam mencetak wajah masa depan Indonesia, yakni generasi setelah mereka.
Kedua, guru harus memandang dan menganggap tanggung jawab mendidik anak bangsa sebagai tugas mulia dan terhormat bukan beban. Sebuah kehormatan besar, karena mengajar dan mendidik merupakan amanat proklamasi kemerdekaan yakni mencerdaskan anak bangsa. Guru harus suka rela, ikhlas dalam menjalankan tugasnya. Mereka harus sadar bahwa di pundak mereka bergantung generasi Indonesia yang akan datang. Guru adalah agen perubahan (agent of change). Menurut Anis Baswedan,  setiap langkah, tutur kata, dan karya guru adalah ikhtiar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru harus benar-benar menghayati dan mencintai pekerjaannya. Guru harus mengajar dan mendidik setiap siswanya dilandasi oleh panggilan hati nurani.
Ketiga, menjadikan sekolah sebagai taman belajar bagi siswa seperti harapan  Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Bagi beliau, belajar itu harus senang dan menyenangkan. Karenanya menjadi tantangan buat para guru untuk bisa menjadi guru yang dicintai bukan guru yang ditakuti. Maka para guru harus mampu menciptakan sekolah yang menyenangkan. Yaitu sekolah yang bersih, asri (green school), sehat, ramah lingkungan, berfasilitas lengkap. Ciptakan lingkungan pergaulan sekolah yang menyenangkan pula. Kembangkan suasana kekeluargaan antara sesama warga sekolah dengan  5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun). Sekolah menyenangkan akan membuat peserta didik betah, tak mau pulang, segera ingin masuk kelas saat bel masuk terdengar. Mereka setiap saat merindukan gurunya. Menteri  Anis Baswedan menegaskan bahwa kegiatan belajar yang menyenangkan bukannya kegiatan belajar yang tanpa tantangan, tetapi kegiatan belajar yang memberikan beragam pilihan dan tingkatan tantangan kepada guru dan siswa yang juga beragam. Untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, tentunya dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif, menerapkan berbagai pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik yang disesuaikan dengan karakter materi dan kebutuhan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Keempat,  sesuai tema HGN tahun ini, Guru Mulia Karena Karya, guru dituntut selalu berkarya. Karena karya, guru akan dikenang sepanjang masa. Karya tersebut bisa terkait dengan tugasnya sebagai pendidik seperti inovasi pembelajaran, menciptakan metode mengajar, menemukan media pembelajaran yang dibutuhkan sesuai perkembangan jaman, menulis karya ilmiah baik buku atau artikel lepas di media. Menurut Amirullah Sarbini (2015), guru yang hebat adalah guru yang bisa menulis, menuangkan gagasan, berbagi penemuan. Dan tentu maha karya seorang guru adalah mencetakan anak didik yang beriman, bertakwa, memiliki budi luhur, cerdas, berpikir kritis, juga terampil. Menyaksikan peserta didik yang sukses menjadi kebahagian dan kebanggaan besar bagi guru. Untuk itu semua, guru harus selalu aktif, kreatif, inovatif dalam menghadirkan karya-karyanya.  Dan bagi pemerintah, Mendikbud berjanji akan selalu memberikan penghargaan bagi mereka. Karenanya, Mendikbud mengajak para guru untuk terus berkarya dan menjadi guru pembaharu karena sosok-sosok guru seperti itu sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kelima, guru harus jadi pembelajar abadi. Guru tidak boleh berhenti belajar lantaran karena sudah menjadi guru yang mengajar. Ini pemikiran yang salah. Justru pengajar yang baik adalah pengajar yang selalu belajar. Menurut Idris Apandi (2015), guru jangan sampai kalah cepat oleh murid-muridnya. Guru harus selangkah atau bahkan beberapa langkah lebih maju dari murid-muridnya. Guru harus menyampaikan ilmu dan informasi yang paling mutakhir (update)  dan segar (fresh) kepada murid-muridnya supaya mereka pun tidak ketinggalan informasi. Guru harus banyak membaca berbagai referensi baik dari buku, surat kabar, majalah, jurnal, internet sebagai bekal untuk mengajar anak-anak didiknya. Guru harus selalu meng-update (memperbaharui) dan meng-upgrade (meningkatkan) kemampuannya sebagai bagian dari pengembangan profesinya baik dilakukan secara mandiri maupun melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi maupun pemerintah. Pengembangan profesi secara mandiri misalnya dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti seminar, workshop, membaca berbagai sumber belajar, dan sebagainya. Pengembangan profesi yang dilakukan oleh organisasi biasanya melalui Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), atau Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK). Sedangkan pengembangan profesi yang dilakukan oleh pemerintah biasanya adalah berupa kesempatan beasiswa, magang, diklat, workshop, atau lomba inovasi guru dalam pembelajaran, blockgrant pengembangan profesi guru, dan sebagainya. (http://www.kompasiana.com/)
Keenam, guru tidak hanya mengajar, mendidik tapi juga memimpin. Mengajar adalah mentransfer ilmu pengetahuan, ketrampilan (transfer of knowledge), pada peserta didik.  Sedangkan mendidik adalah menanamkan nilai-nilai luhur, akhlak mulia, karakter pada siswa. Kemudian memimpin adalah mengarahkan, membina, membimbing mereka dengan senantiasa memberi contoh dan teladan. Mengajar, medindidik dan memimpin harus dilakukan oleh guru secara seimbang dan beriringan. Kebanyakan dari kita, para guru hanya mengajar belum mendidik apalagi memimpin. Ini menjadi PR dan tantangan sekaligus tuntutan moral bagi semua guru Indonesia.
Akhir kata, pesan-pesan di atas harus selalu diingat, diupayakan, dilakukan oleh guru Indonesia. Hal itu, semata-mata untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pedidikan nasional di masa yang akan datang. Guru Indonesia yang hebat adalah mereka yang selalu belajar, berkarya, menjalankan tugas dengan ikhlas, tidak sekadar mengajar tapi mendidik dan memimpin, serta mampu menciptakan sekolah yang menyenangkan. Dari tangan mereka akan lahir generasi bangsa yang lebih baik. Wa Allahu Alam



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar