Rabu, 10 Juni 2015

DI BALIK PERNIKAHAN PUTRA PRESIDEN

Tiga dua hari ini perhatian khalayak ramai terpusat pada keluarga presiden. Pasalnya, Gibran Rakabuming putra sulung sang presiden berencana menikah dengan seorang gadis bernama Selvi Ananda Putri. Gadis cantik berambut panjang itu adalah pemenang juara I dalam pemilihan putra-putri Solo tahun 2009. Prosesi pernikahan mereka akan dilaksanakan pada tanggal 9, 10, dan 11 Juni 2015. Acara diawali dengan lamaran, siraman, midodareni, akad nikah sampai resepsi. Resepsi akan digelar setelah akad nikah  di Gedung Graha Saba Buana. Acara yang akan menyedot perhatian rakyat Indonesia itu rencananya akan dihadiri 3500 undangan.
          Sebagian kalangan mempertanyakan jumlah undangan yang cukup banyak, Jokowi dianggap telah melanggar surat Edaran Pemerintah Nomor 13 Tahun 2014 tentang Gerakan Hidup Sederhana yang membatasi undangan acara para pejabat negara hanya 400 orang. Berikut kutipan sebagian isi edaran tersebut, 1. Membatasi jumlah undangan resepsi penyelenggaraan acara sepertipernikahan, tasyakuran dan acara sejenis lainnya maksimal 400 undangan dan membatasi jumlah peserta yang hadir tidak lebih dari 1000 orang. Hanya surat edaran yang berisikan lima point itu tidak tertujuh untuk presiden. Surat edaran tersebut ditujukan untuk Para Menteri Kabinet Kerja, Panglima Tentara Nasional Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian,Para Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara, Para Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Non Struktural, Para Gubernur dan Para Bupati/Walikota. Nah, sampai di sini saya kira sudah jelas tidak ada yang dilanggar oleh presiden. Orang mungkin hanya menganalogikan surat edaran itu pada presiden. Jokowi sendiri telah menegaskan bahwa pernikahan anak sulungnya ini dikelolah oleh Gibran sendiri bersama keluarga sang besan. Pak Jokowi mengaku bahwa dia tidak banyak campur tangan, pastinya keterlibatan pihak istana menjadi terbatas. Di sini Jokowi seakan ingin menyampaikan bahwa rangkaian acara pernikahan anaknya terlepas dari status dirinya sebagai presiden. Untuk menunjukkan hal tersebut, Jokowi sebagai presiden dan pribadi tidak mengundang kepala negara manapun walaupun sebagian mereka menghubunginya, menanyakan prihal rencana pernikahan anaknya.
Pelajaran yang bisa diambil
          Di balik pernikahan Gibran dan Selvi banyak hal yang dapat dijadikan pelajaran oleh semua elemen bangsa, terutama para pejabat negara, juga para kepala daerah. Pertama, pentingnya keteladanan para pemimpin. Keteladanan pemimpin merupakan motivator yang signifikan pengaruhnya pada rakyat yang dipimpinya. Selayaknya pemimpin tidak hanya pandai beretorika memerintahkan sesuatu tanpa melakukan terlebih dahulu atau memberi teladan. Kaitan dengan pernikahan anaknya, Jokowi sebagai presiden  berupaya memberi contoh dan keteladanan tentang kesederhanaan seorang pejabat negara dalam menyelenggarkan acara penting semisal pernikahan. Ini harus dijadikan pelajaran buat para pejabat seperti para menteri, para gubenur, bupati/walikota dan lainnya. Sebagai presiden sebenarnya Jokowi bisa saja menyelenggarakannya lebih dari yang direncanakan sekarang. Tapi hal itu tak ia lakukan.
          Kedua, tidak menggunakan fasilitas negara. Seperti diketahui pernikahan Gibran dan Selvi terlihat sepi dari fasilitas negara. Sebenarnya tidak susah bagi Jokowi (bila ia mau) menikahkan anaknya di istana negara misalnya. Bukankah presiden sebelumnya, SBY menikahkan kedua anaknya di istana? Putra pertama SBY Agus Harimurti Yudhoyono digelar di Istana Negara Bogor.  Anak kedua SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono-Siti Ruby Aliya Rajasa digelar di Istana Negara Cipanas, yang pernah menjadi tempat peristirahatan Presiden Soekarno. Bila berkenan, Jokowi bisa saja meniru presiden sebelumnya. Ini isyarat penting bahwa pejabat negara siapa pun dia, jangan pernah menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Dalam PP Nomor 14 Tahun 2009 dan Kepmen Keuangan No. 225/MK/V/4/1971  di antaranya menyebutkan bahwa yang disebut fasilitas negara adalah sarana yang dibiayai APBN atau APBD. Fasilitas yang dikuasai oleh negara, pemerintah, dibiayai oleh APBN atau APBD, di bawah pengurusan lembaga-lembaga negara dalam arti yang luas, tidak termasuk barang atau kekayaan yang dimiliki oleh BUMN/BUMD, yang pemanfaatannya ditujukan secara khusus untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan.
          Ketiga, melibatkan rakyat kecil. Dalam pernikahan Gibran-Selvi banyak pihak yang melibatkan diri atau dilibatkan. Sekitar 200 tukang becak siap antarkan para tamu undangan pernikahan Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda ke Graha Saba Buana. Hal itu diungkapkan Sardi, koordinator tukang becak untuk acara pernikahan Gibran dan Selvi. Ini  pengalaman dan momen yang takkan dilupakan pengemudi becak Solo. Karena belum tentu teman-teman becak di seluruh Indonesia bisa dilibatkan seperti ini. Tidak akan ada di tempat lain. Ini momen terbaik banget, bahwa ternyata Jokowi masih memikirkan keberadaan pengemudi becak di Kota Solo,” papar Sardi. (http://www.bintang.com)  Tidak sekadar itu, bahkan sebagian mereka pun diundang oleh Jokowi. Dalam Lensa Indonesia Pagi, Selasa 9 Juni 2015, salah satu orang yang merasa beruntung itu memperoleh undangan  adalah Ahmad Sardi. Dia adalah Ketua Paguyuban Becak di Solo. Saya sebagai warga biasa sangat-sangat bangga. Ini momen penting seumur hidup dan paling tidak mungkin dilupakan, kata Sardi antusias.( http://www.rtv.co.id) 
Sebanyak 2.000 relawan Joko Widodo dari berbagai daerah juga akan turut serta "mangayubagyo" atau menyambut dengan sukacita pernikahan putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, dengan Selvi Ananda. Mereka akan menginap di Asrama Haji Donohudan, Surakarta, Jawa Tengah. (kompas.com) Mereka datang untuk menyaksikan, menjadi penggembira di acara resepsi pernikahan anak orang nomor satu di negeri ini. Semua ini memberi pesan bahwa sebagai pemimpin sebaiknya jangan menjaga jarak dengan rakyat dalam hal apa pun termasuk yang bersifat pribadi. Jokowi seakan ingin berbagi kegembiraan kepada rakyatnya. Tentu rakyat dengan suka cita menyambutnya.
Akhirnya terlepas dari pro-kontra di dalamnya, di balik pernikahan putra presiden  terdapat pesan dan pelajaran. Pesan dan pelajaran itu disampaikan kepada segenap rakyat Indonesia terutama para pejabat negara, para kepala daerah, dan semua para pemimpin di setiap lini dan tingkatan. Bagi mereka yang memiliki hati nurani dan akal budi pasti bisa menangkap pesan dan pelajaran tersebut. Wa Allahu Alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar